Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Pengurus MUI Jawa Barat : Peran Ulama dan Santri sebagai Jembatan Perbedaan

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

 

Jakarta (21/10) — Pengurus MUI Jawa Barat Asep Faturakhman, menyampaikan apresiasi kepada tokoh agama yaitu ulama dalam perannya sebagai tauladan baik kepada masyarakat dalam acara Launching Lomba Baca Kitab Kuning Tingkat Nasional 2021 yang diselenggarakan secara virtual pada Rabu (20/10/2021) siang.

Dalam acara tersebut, Asep Faturakhman menyampaikan apresiasi kepada Fraksi PKS selaku panitia acara lomba baca kitab kuning tingkat nasional tahun 2021. Pengurus MUI Jawa Barat tersebut menyampaikan bahwa akibat pandemi Covid-19 serta gugurnya para ulama merupakan sebuah ancaman bagi umat, karena untuk mencetak ulama berkualitas sendiri sangatlah sulit.

Baca Juga: Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muntaha Al-Kholiliyah: Lomba Baca Kitab Kuning Naikan Eksistensi Kitab Klasik

“Kita mengetahui bahwa peran da’arul ulama sangat berat, selain menyampaikan risalah ajaran-ajaran Rasulullah SAW, tetapi juga seseorang dengan ilmu, dengan amalnya yang menyampaikan sinar kemilau kepada umat untuk melayani umat”, ujar Asep Faturakhman

Peran ulama sudah ada sebelum kemerdekaan Indonesia, tentang bagaimana membangkitkan semangat resolusi jihad.

“Begitu juga pada tanggal 22 Oktober 2015 ditetapkan sebagai hari santri nasional yang kemudian oleh fraksi PKS digalangkan acara lomba baca kitab kuning nasional, merupakan sebuah anugerah resolusi jihad para ulama”, tegas pengurus MUI Jawa Barat.

Ulama dan para santri memiliki peranan khususnya dalam menyikapi aliran perbedaan agama. Mengingat perbedaan merupakan rahmat Allah SWT. akan tetapi perbedaan merupakan keniscayaan yang dapat diikat melalui jalinan silaturahmi.

Baca Juga: Fraksi PKS Gelar Final Lomba Baca Kitab Kuning ke-IV, Berikut Juaranya!

“Meski berbeda, akan tetapi kita dapat membingkainya melalui hubungan ukhuwah insaniyah, ukhuwah watoniyah serta ukhuwah islamiyah”, Ungkap Asep Faturakhman

Selanjutnya jembatan dalam perbedaan berupa akhlakul karimah, sehingga setiap perbedaan yang terjadi perlu adanya komunikasi yang dapat terjalin.

“Jika seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas maka tidak akan dengan mudah menyalahkan yang lain meskipun terdapat perbedaan meskipun dalam lingkup cabang”, Ujar Asep Faturakhman.

Dengan demikian, setiap perbedaan akan menemukan titik terang apabila mengedepankan akhlak sekaligus dialog yang berdasarkan pada pengetahuan yang meluas.

“Ulama dan santri harus memiliki pengetahuan yang luas, strategi penyampaian yang tepat. Serta memperhatikan situasi dan kondisi yang sesuai pada zamannya”, Ungkap Asep Faturakhman

Toleransi beragama harus dijunjung tinggi, sehingga apabila terdapat perselisihan maka jembatannya pada akhlak dan jiwa ksatria.

Baca Juga: Milad ke-17 dan Peringati Hari Santri, FPKS DPR RI Kembali Gelar Lomba Baca Kitab Kuning

“Untuk mencapai win-win solution maka kita harus mengetahui bahwa karakter perlu yang ihsan, dimana tetap bebuat baik meskipun kepada orang yang berbuat jahat”, Ujar Asep Faturakhman

Selanjutnya, MUI telah merumuskan 10 kriteria aliran yang menyimpang karena melanggara pokok-pokok agama. Akan tetapi islam mengajarkan akan kebaikan

“Kita harus merangkul bukan memukul, mengajak bukan mengejek, membina bukan menghina, menghormati bukan mencaci maki, mengobati bukan menyakiti, mendidik bukan menghardik, merekat bukan melipat, meredam bukan mendendam”, tutup Asep Faturakhman