Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Fraksi PKS : Lomba Karya Tulis BPIP Tendensius Bernuansa Benturan Antara Negara dan Agama

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

 

Jakarta (15/08) — Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini menilai lomba karya tulis yang digelar oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tendensius dan bernuansa benturan antara negara dan agama.

Penilaian Fraksi PKS ditujukan pada tema karya tulis yaitu: hormat bendera menurut hukum Islam dan menyanyikan lagu kebangsaan menurut hukum Islam. Tema ini menjadi polemik dan mendapat kritik luas khususnya dari ormas-ormas Islam tanah air.

“BPIP sangat tidak sensitif terhadap kebangsaan Indonesia. Temanya tendensius dan bernuansa benturan antara negara dan agama. Padahal keduanya saling menguatkan nasionalisme Indonesia. Memang selama ini ada masalah dengan hormat bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan di kalangan umat mayoritas?,” tanya Jazuli Juwaini.

Anggota Komisi I DPR Dapil Banten ini meminta BPIP mencari tema-tema yang lebih subtantif, visioner, dan berkemajuan bagi generasi muda bangsa.

“Para santri, pelajar, mahasiswa kita pikirannya sudah maju koq disodorkan tema yang sudah lama selesai bahkan sudah final bagi Indonesia. Alih-alih tema ini bisa menimbulkan polemik dan kegaduhan di masyarakat,” tegas Jazuli.

Ketua Fraksi PKS ini meminta agar lomba tersebut dibatalkan saja atau dicarikan tema yang lebih relevan dan subtantif bagi kemajuan bangsa. Tema yang diangkat BPIP sama sekali tidak mencerminkan kondisi kebangsaan dan sosiologis masyarakat Indonesia.

“Masak di tengah rakyat Indonesia yang ingar bingar mengibarkan bendera merah putih di rumah masing-masing jelang 17 Agustus. Masyarakat antusias mengadakan aneka lomba termasuk lomba menyanyikan lagu kebangsaan seperti yang dilakukan struktur PKS. BPIP justru menayakan hukum keduanya dalam Islam,” tanya Jazuli heran.

Tema tersebut bukan hanya tidak sensitif tapi juga bisa dipersepsi melecehkan realitas historis dan sosiologis umat Islam Indonesia yang washatiyah (moderat). Umat yang sangat besar kontribusinya dalam pergerakan kemerdekaan serta pembentukan dasar dan konstitusi negara sebagai platform bersama.

“Relasi negara dan agama sudah diselesaikan secara arif dan bijaksana oleh tokoh-tokoh umat yang nasionalis ketika kita memutuskan Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai konstitusi negara. Keduanya saling menguatkan dan tidak terpisahkan membentuk nasionalisme Indonesia yang relijius. BPIP jangan mengusik lagi,” tandas Jazuli.

Anggota Komisi I DPR Dapil Banten ini menyesalkan kontroversi demi kontroversi BPIP. Terlebih lagi kali ini muncul jelang HUT Kemerdekaan RI ke 76 yang seharusnya berisi pesan-pesan yang menguatkan kebangsaan kita bukan berpotensi memecah belah akibat persepsi salah dan negatif.

“Ini bukan kali pertama BPIP membuat kontroversi. Stop menimbulkan kesan di masyarakat ada benturan antara negara dan agama. Sangat tidak produktif dan hanya menimbulkan kegaduhan,” pungkas Jazuli.