Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Cegah Konflik Sosial, Bukhori Imbau Warga Dapil Cerdas Manfaatkan Sosial Media

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Semarang (31/12) — Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Dapil Jawa Tengah 1 Bukhori Yusuf menghadiri Dialog Tematik/Sarasehan Forum Keserasian Sosial sebagai narasumber.

Forum yang disponsori oleh Kementerian Sosial tersebut diselenggarakan di Desa Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, Jumat (24/12/2021).

Turut hadir dalam acara tersebut antara lain pejabat instansi sosial setempat, kelompok relawan sosial, dan warga Desa Kalijambe.

Anggota Komisi VIII DPR itu mengungkapkan, perkembangan teknologi informasi lewat internet telah membawa perubahan signifikan terhadap cara masyarakat berlaku dan berucap.

“Selain memiliki beberapa keunggulan seperti kecepatan, akses tanpa batas ruang dan waktu, serta perangkat yang mudah dijangkau, kemajuan teknologi informasi juga membawa risiko bagi tatanan sosial masyarakat. Salah satunya adalah fenomena hoax atau kabar bohong,” ungkapnya.

Melansir data dari Internetworldstats, pengguna internet di Indonesia menembus 212 juta jiwa per Maret 2021. Angka tersebut menempatkan Indonesia berada pada urutan ketiga dengan pengguna internet terbanyak di Asia setelah Tiongkok dan India.

“Pengguna intenet tidak terkecuali bagi penduduk yang tinggal di desa. Infrastruktur internet mulai merambah hingga ke pelosok daerah demi mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang cepat, terjangkau, dan inklusif dengan ditopang oleh infrastruktur digital memadai,” terang Bukhori.

Sebab itu, imbuhnya, bukan hal yang aneh apabila informasi yang diterima oleh orang kota dapat diterima juga oleh mereka yang tinggal di desa. Termasuk kabar-kabar bohong menyesatkan yang berisiko mengusik kerukunan masyarakat.

“Ada pepatah yang menyebut, betapa banyak orang celaka akibat lisannya. Namun tidak salah bila pepatah tersebut seiring berjalannya waktu berubah menjadi, betapa banyak orang celaka akibat apa yang ia baca dan apa yang ia ketik di gawainya,” papar Bukhori di awal penjelasan.

Politisi PKS itu menambahkan, di era pasca kebenaran (post-truth), orang cenderung menerima informasi yang sesuai dengan preferensi dan emosi mereka.

“Terlepas informasi tersebut akurat ataupun lemah, sepanjang itu sejalan dengan pikiran dan suasana batin mereka, maka itu yang mereka konsumsi,” ujar Bukhori.

Hal itu turut didukung dengan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dalam sistem algoritma di sosial media yang menyuguhkan informasi sesuai dengan preferensi kita.

“Akibatnya, kita seolah didorong untuk terjebak dalam satu referensi/opini sehingga terjadi kebekuan informasi. Walhasil, ini juga yang mendorong seseorang merasa benar sendiri akibat informasi tunggal yang diperoleh,” pungkasnya.

“Kunci untuk keluar dari kebekuan informasi adalah bersedia menerima informasi yang berbeda dengan memperbanyak referensi literasi. Selain itu, sikap kritis adalah jalan selamat bagi kita agar tidak mudah tergiring dan membagikan sesuatu yang ramai dibicarakan di sosial media. Budaya untuk mempertanyakan sesuatu, dilanjutkan dengan menggali pada berbagai sumber kredibel adalah ikhtiar kita untuk selamat dari risiko konflik yang timbul akibat penggunaan sosial media yang tidak cermat,” jelasnya.

Karena itu, demikian Bukhori melanjutkan, sebelum membagikan informasi kepada orang lain, maka pastikan informasi tersebut akurat dan bisa dipertanggungjawabkan. Namun yang lebih penting adalah menimbang risiko apabila informasi tersebut tersebar secara masif dan menjadi konsumsi publik.

“Kuncinya adalah berpikir sebelum berbagi. Kita tidak pernah tahu darimana petaka itu bermula. Bisa jadi karena kecerobohan kita atau sikap masa bodoh kita dalam memanfaatkan tekonologi. Betapa banyak konflik yang terjadi antar desa diakibatkan sikap gegabah individu dalam menggunakan sosial media sehingga mengorbankan banyak pihak yang tidak bersalah. Karena itu, saya mengimbau supaya saudara sekalian bisa lebih hati-hati dalam menerima dan membagikan informasi. Pikir sebelum berbagi,” tutup Bukhori.