Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Pelajaran Penting Ibadah Puasa Bagi Kehidupan

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini (Foto: Gilang/ Humas Fraksi PKS DPR RI)

H. Jazuli Juwaini, MA
Ketua Fraksi PKS DPR RI

Ibadah dalam Islam memiliki banyak dimensi dan tujuan baik dalam rangka mewujudkan keshalehan pribadi maupun keshalehan sosial/kemasyarakatan. Demikian halnya puasa. Jika merujuk nash tentang puasa, Allah mewajibkan puasa dengan tujuan agar setiap orang beriman mencapai derajat takwa (QS. Al-Baqarah: 183)

Takwa di sini bermakna luas, meliputi kualitas hubungan seorang hamba dengan Allah (hablum minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Takwa di sini mencerminkan kualitas pribadi seorang mukmin yang tidak hanya baik pribadinya tapi juga harus berdampak baik bagi kehidupan sosialnya (kehidupan masyarakat dan bangsanya)

Ibadah puasa ramadhan mengajarkan hikmah dan pelajaran penting bagi kehidupan seorang muslim. Empat diantaranya coba penulis uraikan dalam risalah singkat ini.

Pertama, puasa mengajarkan kejujuran dan ketulusan. Ibadah puasa satu-satunya ibadah yang tidak kelihatan atau kasat mata. Seseorang bisa saja mengatakan berpuasa, tapi sebenarnya tidak. Hanya orang yang puasa dan Allah lah yang tahu ihwal ibadah yang satu ini. Oleh karena itu, ibadah puasa memiliki keistimewaan sendiri dibandingkan ibadah lainnya, hingga Allah sendirilah yang akan memberikan balasan pahalanya, “ashhaumu liiy wa ana ajzi bihi”

Kedua, puasa mengajarkan disiplin. Ibadah puasa terjadwal dengan pasti kapan harus puasa (menahan diri dari yang membatalkannya) dan kapan boleh berbuka. Begitu fajar tiba semua orang yang telah niat puasa stop makan dan minum serta perbuatan yang membatalkan puasa, sampai tiba waktu maghrib baru boleh berbuka. Orang yang berpuasa diharapkan dapat menampilkan perilaku disiplin berupa penghargaan yang tinggi terhadap waktu dan amanah dalam kehidupan.

Ketiga, puasa mengajarkan kebersamaan. Saat puasa seluruh umat Islam sedunia sama-sama meraskan lapar dan dahaga. Apapun kedudukan, pangkat, dan status sosial orang puasa semuanya merasakan lapar dan haus. Ini pertanda bahwa di hadapan Allah semua hamba adalah sama, yang membedakan adalah kualitas ketakwaannya. Dengan kebersamaan ini kita merasakan bahwa muslim itu satu tubuh dan satu jiwa tidak boleh saling menyakiti, berlaku sombong, angkuh, dan merendahkan sesama.

Keempat, puasa mengajarkan dan menumbuhkan solidaritas sosial. Dengan merasa lapar dan dahaga kita ditarbiyah oleh Allah SWT untuk ikut merasakan nasib saudara-saudara kita yang papa dan serba kekurangan. Lalu dari sana tumbuhlah empati dan kesetiakwanan untuk membantu meringankan beban mereka dengan infaq dan shadaqoh kita yang terbaik.

Akhirnya, ibadah puasa kita tidak boleh sekadar berhenti pada rasa lapar dan haus. Lebih dari itu puasa kita harus sampai pada hikmah kejujuran dan keikhlasan, disiplin, kebersamaan dan solidaritas sosial sebagaimana telah diuraikan di atas. Semoga Allah SWT meridhai ibadah puasa kita dan menanamkan hikmahnya bagi peningkatan kualitas takwa kita kepada-Nya. Waalahua’lam bisshawab.