Jakarta (21/11) — Anggota Komisi V DPR RI Fraksi PKS dan Ketua GKSB Palestina, Syahrul Aidi Maazat memberikan apresiasi dan merasa senang atas sikap Duta Besar Palestina untuk Inggris yang menolak untuk mengutuk Hamas dalam wawancara BBC.
Hal ini disampaikannya saat membuka acara Seminar Internasional ‘Stop Israeli Genocide in Gaza!’ hasil kolaborasi Fraksi PKS DPR RI bersama Justice and Democracy Forum (JDF) dan The Strategia Institute yang digelar secara daring pada Selasa (21/11).
Baca Juga : Azzam Ayoub : Penting Lakukan Pembelaan Terhadap Palestina !
Syahrul mengajak audiens untuk jangan pernah pesimis terhadap upaya-upaya yang dilakukan untuk mendukung kemerdekaan Palestina, karena sebagai warga negara dari bangsa Indonesia yang didalam konstitusinya menolak segala bentuk penjajahan dan menjunjung tinggi kemerdekaan maka sudah menjadi kewajiban kita untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
“Kita tidak boleh pernah pesimis terhadap upaya-upaya yang kita lakukan untuk memerdekakan palestina kita tau ada kekuatan besar yang memberikan dukungan kepada israel, tidak ada satu alasan pun untuk memberikan pembenaran kepada israel untuk melakukan genosida, Indonesia sebagai negara yang dalam Undang-Undangnya menolak yang namanya penjajahan dan menjunjung tinggi kemerdekaan suatu bangsa, memiliki kewajiban secara bangsa indonesia untuk mendukung palestina.”
Selanjutnya, Syahrul juga singgung terkait permasalahan boikot, ia menyampaikan bahwa meskipun tindakan boikot kemungkinan bisa berdampak pada pekerja/karyawan Indonesia yang bekerja di dalamnya, akan tetapi peluang ruginya lebih besar apabila kita terus mendukung kegiatan ekonomi yang memberikan dukungan kepada Israel.
“Mengenai upaya boikot terhadap prodak-prodak yang memberikan dukungan kepada israel, bukankah barang barang yang kita boikot ini karyawan-karyawannya dari Indonesia, saya katakan ya betul, tapi mudharatnya lebih besar, kalau mereka ini antara hidup dan mati dengan memberikan dukungan kepada kegiatan ekonomi yang memberikan dukungan kepada israel itu sama saja kita mendukung genosida, sama saja kita memberikan peluru kepada Israel untuk ditembakkan kepada bangsa palestina,” imbuhnya.
Baca Juga : Soal Konflik Israel-Palestina, Ketua Fraksi PKS: Solusinya adalah Palestina Merdeka
Lebih lanjut, Syahrul mengungkapkan bahwa atas nama pemerintah Indonesia ia pernah menawarkan kepada pemerintah Palestina untuk menjadi perantara rekonsiliasi organisasi-organisasi perjuangan rakyat Palestina yang ada di sana, karena persatuan dari rakyat Palestina sangat dibutuhkan untuk membangun kekuatan dan menjemput kemerdekaan Palestina.
“Kita pernah menawarkan ketika berkunjung ke Jordan bertemu dengan fatah (pemerintah) palestina, menawarkan indonesia sebagai perantara untuk rekonsiliasi hamas dan fatah/organisasi² perjuangan rakyat palestina, belajar dari budaya negara indonesia berbeda-beda tetapi bisa satu, dan dari persatuan itu hadir kemerdekaan Indonesia, itu sudah pernah disampaikan tapi respon fatah belum terlalu bagus saat itu, mudah-mudahan kita bisa ulang lagi, karena persatuan mereka ini sangat dibutukan untuk membangun kekuatan”
Dalam kalimatnya, Syahrul mengapresiasi kegiatan webinar yang dilakukan oleh Fraksi PKS dan mendorong untuk dapat mengajak seluruh fraksi yang ada untuk masif menyuarakan dukungan kemerdekaan Palestina. Syahrul juga mengapresiasi masyarakat dari suatu desa di Riau yang membuat kegiatan penggalangan donasi untuk Palestina dan terkumpul hingga 50 juta.
“Saya merasa bangga disebuah desa di pelosok Riau ada sebuah desa yang membuat kegiatan untuk mengumpulkan dana untuk rakyat palestina dan terkumpul 50 juta, jadi rakyat ini mempunyai hasil kebun, setiap orang mempunyai kebun dan pada hari itu mereka kebetulan sedang menerima gaji dan sebagian gaji itu mereka sumbangkan ke palestina.”
Syahrul dalam pernyataan penutupnya kembali menekankan bahwa agar kita semua tidak pernah bosan mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina, dikarenakan sikap dan upaya tersebut merupakan amanah dan tanggung jawab sebagai warga dari bangsa Indonesia, secara agama, dan sebagai sesama umat manusia.