Jakarta (10/02). Anggota DPR RI Fraksi PKS, Hj. Nevi Zuairina menyatakan bahwa Indonesia sangat kaya SDA, termasuk energi, namun pengelolaannya masih kurang baik.
“Seharusnya bangsa kita tidak semestinya miskin bila pengelolaan sumberdaya alam kita terutama energi dan pangan mampu dikelola dengan baik. Indonesia terjadi ketimpangan yang sangat besar dengan sebab adanya konsentrasi aset nasional yang tidak baik,” kata Nevi saat dihubungi, Senin (10/2)
Dia meminta secara khusus agar ketahanan energi prioritas arah kebijakannya pada energi baru terbarukan dan penguasaan sumber energi oleh negara bukan negara asing.
Selain itu, legislator asal Sumatera Barat II ini menyoroti bahwa Indonesia yang kaya sumber energi hingga saat ini belum memiliki ketahanan dan kedaulatan energi nasional. Hal ini berdampak pada konsumsi energi kita, terutama listrik, yang sangat dipengaruhi oleh harga minyak internasional.
“Kondisi ini mengakibatkan efek domino pada alur distribusi logistik hingga energi rumah tangga yang dikelola PLN dalam bentuk TDL (Tarif dasar Listrik). ICP (Indonesian crude price) sepanjang Sep – Okt – Nov meningkat dari 60 US$/Barel, ke 59 US$/Barel, lalu ke 63 US$/Barel,” ucapnya.
Kondisi yang serba sulit ini menggiring pemerintah berencana menaikkan Tarif Listrik untuk Pelanggan 900 VA RTM sehingga menuai pro-kontra secara serius.
“Kami tetap menolak Kenaikan Tarif Listrik untuk pelanggan 450 VA dan 900 VA Non RTM dan mendesak BUMN turut berkontribusi membantu pemerintah untuk memperbaiki data pelanggan dan membuka akses listrik bagi rakyat kecil yang ingin Instalasi baru untuk Daya 450 VA dan 900 VA,” ujar Nevi.
Selain masalah energi berupa listrik, masalah lain berupa disparitas harga Elpiji nonsubsidi dan bersubsidi yang besar mengakibatkan bocornya Elpiji bersubsidi ke pasar nonsubsidi.
“Kebutuhan gas domestik tidak terpenuhi karena Indonesia terjebak kontrak ekspor gas dengan Tiongkok selama 25 tahun,” tutupnya.