
Ambon (07/07) — Dalam suasana hari Asyura yang penuh makna dan sarat sejarah, masyarakat Wara Kembang Buton, Kota Ambon, menggelar peresmian Kubah Masjid, pemasangan Tiang Alif, serta tradisi Bongka Ta’u (buka tahun) Masjid Al-Hidayah.
Kegiatan ini menjadi tonggak sejarah keislaman yang menguatkan ikatan spiritual dan sosial warga.
Dalam acara yang berlangsung khidmat tersebut, Anggota DPR RI Dapil Maluku Saadiah Uluputty, menyampaikan pesan mendalam tentang kekuatan niat, doa, dan persatuan.
Ia mengenang betul ungkapan tulus dari masyarakat saat awal perencanaan pembangunan masjid ini.
“Beta ingat benar waktu Bapak imam bilang, ‘Ibu, mungkin kita seng (tidak) punya dana besar, tapi masyarakat di sini punya niat dan keyakinan. Allah yang akan cukupkan.’ Dan alhamdulillah, tepat di 10 Muharram ini—hari yang penuh berkah dan sejarah—masjid ini berdiri megah, dibangun bukan dari kekayaan, tapi dari doa, keikhlasan, dan gotong royong,” tutur Saadiah dalam sambutannya.
Politisi PKS ini menyampaikan kekagumannya, meski Masyarakat Wara Kembang Buton hidup dalam keterbatasan, Namun semangat pantang menyerah dan solidaritas yang tinggi membuat mereka mampu mewujudkan impian besar ini.
“Informasi dari Ketua RT setempat menyampaikan bahwa sejak masjid ini didirikan tahun 1975, masyarakat terus berikhtiar membangunnya, walau harus bermodal nekat dan keyakinan. Inilah salah satu yang membuat kagum,” tutur Saadiah.
legislator Indonesia Timur ini menyampaikan bahwa peresmian kubah dan pemasangan tiang alif ini menjadi bukti nyata bahwa kekuatan hati dan persatuan mampu menaklukkan segala keterbatasan.
“Kalau bukan karena persatuan, masjid ini tidak akan pernah berdiri. Ibu-ibu masak di pinggir jalan, pemuda angkat bahan bangunan, semuanya bergotong royong. Inilah bentuk cinta masyarakat kepada Allah dan rumah ibadah-Nya,” lanjut Saadiah dengan bangga.
Ia juga mengisahkan perjuangannya sejak tahun 2019, ketika masih di Komisi VII DPR RI, untuk mengupayakan bantuan rumah ibadah melalui mitra-mitra seperti BUMN, PLN, dan Pertamina. Meski awalnya proses itu penuh tantangan, akhirnya anggaran pun terealisasi untuk Masjid Al-Hidayah.
Tanggal peresmian ini, 10 Muharram 1447 H, dipandang penuh berkah, bertepatan dengan hari Asyura—hari bersejarah yang mengajarkan pelajaran tentang kesabaran, pengorbanan, dan kemenangan.
“Kita peringati 10 Muharram ini bukan sekadar ritual, tapi momentum hijrah spiritual. Masjid ini adalah simbol perubahan—dari niat menjadi amal nyata, dari keterbatasan menjadi kemuliaan,” tegas Saadiah.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pemasangan Tiang Alif di lantai dua masjid, doa bersama, dan makan rakyat. Di tengah kehangatan suasana, penampilan pencak silat dari pemuda-pemudi setempat menambah semangat kebangkitan generasi muda bersama masjid.
“Mari kita jaga masjid ini bersama-sama. Jadikan masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi pusat perubahan akhlak, ekonomi, dan persatuan. Sebab ketika masyarakat bersatu karena Allah, maka Allah akan menyatukan langkah mereka menuju kemajuan,” tutup Saadiah Uluputty.