
Palangkaraya (03/07) —
Politisi muda asal Maluku Utara, Izzuddin Alqassam Kasuba, kembali menunjukkan kiprahnya sebagai anggota legislatif yang aktif membumikan nilai-nilai kebangsaan.
Dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang digelar di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Alqassam tampil menginspirasi ratusan peserta dari Karang Taruna, pejabat daerah, dan unsur Forkopimda.
Sebagai Anggota DPR RI Komisi VII dari Fraksi PKS, yang membidangi UMKM, Ekonomi Kreatif, Pariwisata, Perindustrian, dan Sarana Publikasi.
Al-Qassam Kasuba menekankan pentingnya integrasi antara nilai kebangsaan dan pembangunan ekonomi berbasis komunitas.
“Empat Pilar MPR—Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika—bukan hanya wacana. Ia harus hidup dalam kegiatan-kegiatan sosial, ekonomi, dan budaya yang digerakkan oleh komunitas, termasuk Karang Taruna,” tegas Al-Qassam.
Ia menyebut Karang Taruna sebagai lokomotif sosial yang potensial dalam membina generasi muda, mengembangkan UMKM lokal, dan menjaga harmoni sosial di tengah keragaman.
Baginya, membumikan nilai-nilai kebangsaan bukan tugas eksklusif negara, tetapi tanggung jawab bersama antara rakyat dan wakilnya.
“Kalau pemuda paham nilai dan peka pada kondisi sekitar, maka ia tidak hanya jadi agen perubahan, tapi juga penjaga Indonesia,” ujarnya.
Al-Qassam menilai bahwa sektor UMKM dan ekonomi kreatif harus dipandang sebagai ruang aktualisasi nilai Pancasila, khususnya gotong royong, kemandirian, dan keadilan sosial.
Di sisi lain, pariwisata berbasis budaya dan industri lokal harus menjadi sarana publikasi yang mengedepankan identitas kebangsaan.
Dirinya juga mendorong agar model sosialisasi seperti ini diperluas hingga desa dan kampung-kampung, termasuk di wilayah timur Indonesia, khususnya Maluku Utara, agar nilai-nilai konstitusional benar-benar menyatu dalam kerja-kerja nyata di lapangan.
Kegiatan yang berlangsung di Hotel Bahalap ini dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional, Anggota MPR RI lintas partai, dan ratusan peserta dari Karang Taruna kabupaten/kota se-Kalimantan Tengah. Diskusi berjalan interaktif dan menjadi ruang dialog lintas generasi yang membangun.