
Jakarta (26/06) — Anggota DPR RI Fraksi PKS, Saadiah Uluputty, menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang mengalami kecelakaan di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat.
Tragedi ini menyentuh hati publik, baik di tingkat lokal maupun internasional, serta menimbulkan pertanyaan serius mengenai efektivitas dan kesiapan sistem penanggulangan darurat Indonesia dalam menghadapi kecelakaan di medan ekstrem.
“Peristiwa ini sangat menyedihkan. Bukan hanya karena korban adalah wisatawan asing yang ingin menikmati alam Indonesia, tapi juga karena adanya dugaan keterlambatan evakuasi yang fatal,” ujar Saadiah.
Wakil Rakyat Maluku ini menyoroti laporan yang menyebut bahwa korban sempat mengirim sinyal permintaan bantuan pada 21 Juni 2025, namun jenazah baru berhasil dievakuasi pada 24 Juni 2025.
“Tiga hari dalam kondisi darurat adalah waktu yang terlalu lama. Ini harus menjadi bahan evaluasi menyeluruh,” tegasnya.
Saadiah mengakui bahwa medan ekstrem dan cuaca buruk menjadi tantangan nyata di lapangan. Namun menurutnya, tantangan tersebut seharusnya dapat diantisipasi dengan peningkatan teknologi dan kapasitas personel SAR. Ia menilai, koordinasi antar-lembaga juga menjadi titik lemah yang harus segera diperbaiki.
“Kita menghargai kerja keras tim SAR, namun kita juga perlu jujur mengevaluasi sistem yang belum berjalan optimal. Ketika nyawa manusia dipertaruhkan, respons harus cepat, terintegrasi, dan berbasis data real-time,” ungkapnya.
Anggota FPKS yang baru bergabung di Komisi V DPR ini mendorong agar Basarnas segera melakukan audit terhadap prosedur operasional tetap dalam penanganan kecelakaan di kawasan taman nasional dan pegunungan.
Ia juga menekankan pentingnya pelatihan rutin, simulasi evakuasi bersama komunitas lokal, serta pengadaan alat-alat canggih seperti drone dengan sensor panas dan drone logistik berat.
“Teknologi harus menjadi garda terdepan penyelamatan. Jangan sampai medan dan kabut menjadi alasan berulang di masa depan,” ujarnya.
Tak kalah penting, Saadiah mengusulkan agar semua pendaki, khususnya warga negara asing, diwajibkan membawa perangkat pelacak GPS atau beacon darurat yang terhubung langsung dengan pusat SAR nasional. Dengan sistem pelacakan yang terintegrasi, kecepatan deteksi dan penanganan dapat jauh lebih baik.
“Ini soal keselamatan jiwa. Jangan sampai tragedi ini berulang,” tutup Saadiah Uluputty.