Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Riyono ‘Caping’ Bagikan Daging Kurban Untuk Petani dan Nelayan

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Semarang (11/06) — Momentum hari raya idul kurban adalah momen besar untuk membuat sesama gembira. Shalat sebagai simbul kegembiraan hakiki ibadah, berkurban simbol kebahagian ketundukan harta kepada Allah SWT.

Berkurban artinya menyerahkan kembali harta kita kepada yang punya, kita hanya di titipi semata.

“Momen idul adha tahun 2025 ini bagi saya adalah momen berkurban terbesar dalam hidup, ada ribuan jiwa yang bahagia dengan kepedulian kita, merasakan kenikmatan rasa kebersamaan,” papar Riyono Caping aleg komisi IV DPR FPKS

Program Bahagia Berkurban bersama PKS dilaksanakan serentak oleh kader, pejabat publik dan struktural PKS mulai dari desa sampai kota. Program ini sudah menjadi program tahunan yang diselenggarakan oleh PKS.

“Program ini di menjadikan ekonomi peternak juga mengalami peningkatan, keuntungan memelihara sapi kambing dan domba bisa 10 – 15% pasca dipelihara. PKS memprioritaskan pembelian sapi kambing kepada kader binaan dan simpatisannya,” tambah Riyono

Pembagian hewan kurban juga diutamakan untuk lingkungan yang disembelih bersama dengan warga, ada juga daging kurban yang di sembelih di DPP dijadikan kornet kemasan yang bisa bertahan lama untuk di distribusikan ke daerah minim penyembelihan hewan kurban.

“Untuk saya hewan kurban dibagikan kepada petani dan nelayan di dapil 7 Jatim, para petani dan nelayan yang biasa konsumsi ikan kemarin sejenak menikmati daging sapi dan kambing. Ada 7 ekor sapi yang disembelih untuk merayakan idul kurban tahun ini,” tambah Riyono

Petani dan nelayan sebagai produsen protein dunia sering terlupakan saat momen penting, keberadaan mereka sebagai tulang punggung ekonomi nasional dengan konsumsi harian harus tetap dijaga dengan berbagai program.

“Ke depan rasanya akan tambah bermakna dengan penyembelihan hewan kurban dilaksanakan di pelosok – pelosok desa miskin. Bisa di kampung nelayan ataupun desa dengan kategori miskin ekstrim,” tutup Riyono.