
Jakarta (07/06) — Kepemilikan lahan pertanian semakin lama tergerus semakin sempit. Saat ini rata – rata petani hanya 0.2 – 0,5 Ha dan kebanyakan menjadi buruh tani, petani penggarap yang menerima upah jauh dari kata cukup untuk kebutuhan sehari – hari. Apalagi untuk pendidikan anak petani.
“Spirit UU Pangan no 18 tahun 2012 menjadikan pangan dalam negeri atau pangan yang diproduksi petani sendiri sebagai pangan utama rakyat, jadi melalui perubahan ke tiga ini akan kembali kita kuatkan pasca adanya omnibus law UU 6 th 2023” tambah Riyono Aleg PKS komisi IV dapil 7 Jatim
Saat ini lahan produktif Indonesia mengalami penuruan, 2015 ada 8.1 juta Ha, saat 2019 hanya 7.1 juta Ha. Lahan kritis mencapai 20 juta Ha , lahan ini kehilangan fungsi ekologis, ekonomi dan sosialnya. Namun masih bisa dibenahi untuk ikut mendukung ketahanan pangan nasional.
“Petani membutuhkan lahan yang layak untuk produksi, lahan produksi pertanian berupa sawah harus tetap di jaga jangan sampai alih fungsi lahan ke sektor lain. Ditambah lahan rawa yang 360.000 Ha bisa dioptimalkan minimal menambah 50% angka produksi kita” papar Riyono Caping
Kemiskinan petani yang utama lebih terjadi karena penguasaan lahan yang semakin sempit, otomatis produksi semakin turun dan pendapatan juga akan menurun. Problem kepemilikan lahan keluarga dan sering dijual karena saat panen harganya tidak menjajikan bahkan sering rugi.
“Semangat perubahan UU pangan ini ingin menjadikan petani sebagai aktor utama pembangunan, memiliki produktifitas tinggi sehingga bisa sejahtera. Berapa lahan minimal yg harus dipunyai petani? Minimal 2 Ha utuh sebagai lahan produksi, maka akan bisa menghasilkan panen padi minimal 14 – 15 ton per musim. Jika dijual harga GKP maka bisa mendapatkan 95 juta kotor dengan harga 6500 saat ini” tambah Riyono.
Negara dengan UU bisa memberikan jalan kesejahteraan bagi petani, pastikan lahan kritis dan rawa bisa diolah oleh petani dengan baik. Siapkan lahan agar para petani muda tertarik untuk melanjutkan profesi petani yang menjanjikan.
“Sebagai anggota Panja Pangan, saya siap akan kawal dan terus berjuang agar pangan kita bisa berdaulat, petani sejahtera dan tentu siap menatap Indonesia emas 2045” tutup Riyono.