
Jakarta (05/06) — Akses permodalan bagi petani Indonesia mutlak diperlukan agar usaha mereka semakin maju. Rendahnya pendidikan petani yang rata – rata hanya lulusan SD membuat sangat terbatas dalam akses dan permodalan di bank pemerintah.
“Modal petani untuk usaha mereka selama ini sebanyak 91.2% adalah dari kantong petani sendiri, artinya petani mampu dan kuat dari sisi modal walaupun sangat terbatas,” papar Riyono Aleg Komisi IV DPR Fraksi PKS.
Data dari Prof Ernan Rustiadi IPB menyebutkan bahwa akses petani ke lembaga perbankan sangat rendah, hanya ada 3,3% petani yang akses pinjaman ke bank, 4,8% ke lembaga non perbankan dengan bunga lebih tinggi, 30,3% menjadi anggota koperasi dan 3.7% yang meminjam modal ke koperasi.
“Minimnya akses petani ke perbankan terjadi karena banyak faktor, hanya 7% petani yg mengakses modal baik dari bank ataupun koperasi. Sekitar 2,1 juta petani. Sisanya 28 jutaan petani belum akses modal usaha pertanian mereka ke lembaga perbankan ataupun non bank,” tambah Riyono.
Era Presiden Jokowi pernah akan dibuat bank Petani dan nelayan, namun belum teraalisasi. Ide ini bagus dan mungkin Presiden Prabowo bisa dipertimbangkan untuk mendorong kedaulatan pangan sangat penting permodalan bagi petani dan nelayan.
Menurut Riyono akan menarik jika petani dan nelayan minimal ada 20% saja yang akses permodalan ke bank negara maka akan menjadi jaminan kita akan berdaulat pangan, stop impor untuk selamanya serta lahirnya sentra- sentra pertanian modern yang terus berproduksi menjaga stok pangan nasional.
Saat ini petani masih bermodalkan kekuatan sendiri, negara belum sepenuhnya hadir dalam ruang hulu petani. Produksi menjadi wilayah petani yang sangat membutuhkan modal, bank harus lebih aktif dan fokus dalam pembiayaan ke sektor pertanian.
“Ada alokasi 300 Triliun dari Bank Himbara untuk program KUR, ada kurang lebih 9 T untuk pertanian alsintan dan budidaya, namun minimnya literasi petani akan berpengaruh serapannya” tutup Riyono.