
Ibadah kurban adalah syariat Islam yang diambil dari peristiwa Nabiyullah Ibrahim yang diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih puteranya Nabiyullah Ismail sebagaimana terekam dalam Surat ash-Shaffat ayat 99-111. Dikisahkan peristiwa Nabi Ibrahim yang mengurbankan putranya Ismail AS atas perintah Allah SWT.
Ismail sendiri merupakan seorang anak yang ia idam-idamkan setelah bertahun-tahun istrinya tidak segera memiliki buah hati. Dalam Surat ash-Shaffat dijelaskan bahwa semula Nabi Ibrahim berdoa: “Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.” Allah SWT kemudian menjawab doa Ibrahim dan memberi kabar gembira kepada Nabi Ibrahim AS dengan kelahiran seorang anak yang amat cerdas dan sabar.
Ketika anak itu dewasa, Nabi Ibrahim AS diuji dengan sebuah mimpi. la berkata, “Wahai anakku, dalam tidur aku bermimpi berupa wahyu dari Allah SWT yang meminta aku untuk menyembelihmu. Bagaimana pendapat kamu?” Ismail menjawab, “Wahai ayahku, laksanakanlah perintah Tuhanmu. Insya Allah kamu akan dapati aku termasuk orang-orang yang sabar.”
Tanpa berpikir panjang, Nabi Ibrahim AS membawa Nabi Ismail AS ke sebuah tumpukan pasir dan ia membaringkannya dengan posisi pelipis di atas tanah. Akhir kisah, atas kehendak Allah SWT, melihat kesungguhan dan keteguhan hati Nabi Ibrahim, Allah SWT menggantikan putranya Ismail dengan seekor domba untuk disembelih.
Banyak pelajaran penting syariat kurban yang relevan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dan musti dipahami dan diteladani oleh seluruh masyarakat khususnya umat Islam.
Pertama, peristiwa tersebut mengajarkan tentang ujian keimanan dan keiklasan seorang hamba untuk mengorbankan sesuatu yang sangat berharga dan dicintainya kepada Sang Kholik Pemilik Cinta yang sesungguhnya. Ini sekaligus ajaran tentang ketahanan keluarga dimana Ibrahim berdialog dengan anaknya ketika perintah itu datang. Sangat indah dialognya sehingga tidak semena-mena memaksakan kehendak kepada anak. Dan ketahanan keluarga adalah pilar ketahanan nasional.
Kedua, perintah berkurban ini adalah manifestasi dari kecerdasan emosional dan spiritual manusia. Kerelaan berbagi itu butuh kecerdasan sekaligus menunjukkan kualitas tertinggi seorang manusia di hadapan Allah dan sesamanya.
Ketiga, masyarakat yang siap berkurban maka siap bela negara. Berkurban secara fak-tual adalah bentuk kepedulian kepada sesama karena ada daging yang dibagikan. Ini bentuk konkrit wawasan kebangsaan bahwa kita semua memiliki negeri ini, mencintai negeri ini, dengan kesiapan berbagi kepada sesama anak bangsa hingga pelosok-pelosok daerah. Kalau berkurban ternak saja untuk dibagikan kepada warga mereka siap, apalagi berkurban untuk negara dan bangsanya. Ini bagian dari wawasan kebangsaan untuk membela tanah air.
Keempat, berkurban punya multiplier effect secara ekonomi. Pemerintah semestinya tidak perlu impor daging. Belajar dari kurban ada masyarakat yang menyediakan ternak atau menjadi peternak, ada penjual, bahkan ada yang sekadar dititipi ternak untuk penggemukan. Ini semua bisa menghasilkan bukan hanya ketahanan tapi kedaulatan pangan.
Kelima, kurban mengandung pesan kolaborasi yang kuat. Bangsa besar ini hanya bisa maju dengan semangat kolaborasi dan kerjasama. Tidak mungkin bangsa ini dibangun hanya satu kelompok, hanya satu partai. Kerjasama adalah kunci untuk mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa.
Keenam, kurban membawa pesan bagi pemimpin. Belajar dari Nabiyullah Ibrahim beliau mendahulukan cintanya kepada Allah dari dirinya dan anaknya. Pemimpin harus demikian, dahulukan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi dan keluarga. Trust akan muncul kepada pemimpin yang mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, keluarga, bahkan kelompok dan partainya.
Ketujuh, suri teladan itu sangat penting terutama dari para pemimpin dan elit negeri ini. Di tengah banyak kesulitan rakyat, jangan sampai ada moral hazzard, jangan korupsi, jangan menyelewengkan bantuan sosial. Sebaliknya wujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Kikis egoisme, nafsu pribadi yang berlebihan. Munculkan kejujuran dan transparansi.