
Majalengka (22/05) — Anggota DPR RI Fraksi PKS, Ateng Sutisna, menyampaikan keprihatinan mendalam atas meningkatnya kasus HIV/AIDS di kalangan remaja di Kabupaten Majalengka.
Data dari Dinas Kesehatan menyebutkan, sepanjang tahun 2025, terjadi lonjakan signifikan kasus HIV di rentang usia produktif 15–24 tahun, dengan lebih dari 800 kasus dilaporkan.
“Ini bukan sekadar data, tapi peringatan serius bahwa pendidikan karakter dan moral kita sedang menghadapi tantangan besar. Filosofi pendidikan Asah, Asih, Asuh yang selama ini menjadi jati diri masyarakat Sunda, tampaknya belum membumi secara efektif dalam kehidupan generasi muda,” ujar Ateng.
Legislator dari Dapil Jawa Barat IX (Sumedang, Majalengka, Subang) ini menyoroti bahwa penyebaran HIV/AIDS di kalangan remaja sangat berkaitan erat dengan perilaku seksual berisiko dan minimnya pemahaman kesehatan reproduksi.
Ia menilai bahwa sistem pendidikan saat ini terlalu formalistik dan belum menyentuh aspek pembinaan karakter secara menyeluruh.
“Remaja kita tidak hanya butuh teori, tapi juga butuh keteladanan, pemahaman agama, dan pembinaan nilai tanggung jawab sosial sejak dini,” tegasnya.
Ateng juga mendorong keterlibatan lebih aktif lembaga-lembaga seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), agar tidak hanya fokus pada isu kekerasan fisik terhadap anak, tetapi juga memperluas peran dalam menangkal ancaman kerusakan moral dan penyimpangan perilaku yang dapat menghancurkan masa depan generasi muda.
“Selain menyoroti kekerasan pada anak, KPAI juga perlu memberi perhatian lebih pada isu-isu moralitas dan perilaku berisiko yang kerap luput dari intervensi dini,” ujarnya.
Dalam upaya pencegahan, Ateng mendorong Pemerintah Kabupaten Majalengka—terutama Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan—untuk bersinergi dengan tokoh masyarakat, ormas, dan institusi pendidikan dalam memperluas literasi tentang perilaku hidup sehat, pendidikan seksualitas yang bermoral, serta pembentukan pusat-pusat konseling dan layanan pemulihan sosial bagi remaja yang terinfeksi.
“Kita tidak boleh mengucilkan mereka yang terinfeksi. Justru kita harus hadir memulihkan semangat hidup dan masa depan mereka dengan pendampingan yang menyeluruh,” tuturnya.
Menutup pernyataannya, Ateng Sutisna menyerukan reformasi sistem pendidikan yang berpijak pada nilai-nilai luhur bangsa dan menjadikan sekolah sebagai ruang pembinaan akhlak dan harapan.
“Jangan biarkan sekolah hanya jadi tempat 3D: Datang, Duduk, Diam. Jadikan ia ruang tumbuhnya karakter, kepedulian, dan masa depan,” pungkasnya.