
Jakarta (22/05) — Perubahan UU Pangan no 18 tahun 2012 menjadi sangat penting untuk memastikan hadirnya pangan yang bergizi untuk rakyat. Akses pangan untuk semua sangat penting bagi lahirnya generasi emas 2045.
Riset LIPI sebelum berubah menjadi BRIN memprediksi tahun 2060 petani sebagai produsen utama pangan akan hilang, alarm bahaya bagi ketahanan pangan nasional.
“Perlindungan dan Pemberdayaan petani menjadi penting dalam konteks penyedian pangan nasional, prosuden pangan harus dijaga dan dilindungi dalam akses pangan” papar Riyono Caping Aleg PKS dapil 7 Jatim
Saat ini ‘Keadilan Pangan’ belumlah bisa dinikmati oleh rakyat yang berhak menerima dengan tepat. Keadilan dalam bentuk penyedian, akses, mutu, distribusi dan gizi serta makanan baik serta halal masih menjadi hal sulit terpenuhi oleh negara secara merata.
“Data Indeks Ketahanan Pangan Global (GFSI) menempatkan Indonesia di peringkat 69 dari 113 negara, yang lebih rendah dari rata-rata global dan Asia Pasifik. Ada 23 juta jiwa penduduk Indonesia yang belum mendapatkan gizi berimbang” tambah Riyono Aleg Komisi IV DPR putra Magetan.
Adanya program ketahanan pangan Presiden Prabowo yang juga fokus perbaikan gizi dengan MBG menyasar lebih deri 80 juta jiwa akan mampu menyasar dan mengurangi kesenjangan Keadilan Pangan bagi rakyat kita.
Menurut Riyono tantangan keadilan pangan harus mampu dijawab oleh perubahan UU 18 ini agar memiliki visi 20 tahun ke depan, adanya goncangnya tatanan global membuat pangan menjadi rebutan dunia, keterbatasan akses, konflik antar negara, perubahan iklim, ketersedian lahan dan ketimpangan ekonomi antar negara membuat keadilan pangan akan sulit dicaoai oleh negara.
“Catatan dalam SDGs 2 bertujuan untuk memastikan semua orang, khususnya orang miskin dan rentan, memiliki akses terhadap makanan yang cukup, aman, dan bergizi sepanjang tahun. Keadilan pangan dalam konteks SDGs berarti memastikan akses yang adil dan setara bagi semua orang terhadap makanan yang cukup, aman, dan bergizi, terlepas dari status sosial-ekonomi, lokasi geografis, atau faktor lain” tutup Riyono