
Jakarta (16/05) — Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Johan Rosihan, menanggapi pernyataan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono yang mengklaim bahwa penghentian impor beras oleh Indonesia menjadi penyebab turunnya harga beras dunia.
Johan menilai klaim tersebut patut dikaji lebih kritis, terutama karena harga beras di dalam negeri justru terus melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET).
“Kalau benar Indonesia membuat harga beras dunia turun karena setop impor, kenapa justru harga beras di pasar dalam negeri masih tinggi dan di atas HET? Ini kontradiktif dan perlu penjelasan berbasis data, bukan sekadar klaim sepihak,” kata Johan di Jakarta, Jum’at (16/05).
Mengacu pada data Badan Pangan Nasional per 15 Mei 2025, harga beras premium di tingkat konsumen berada di angka Rp15.629/kg, sedangkan HET untuk beras premium ditetapkan sebesar Rp14.900/kg. Sementara itu, harga beras medium tercatat sebesar Rp13.647/kg, melebihi HET sebesar Rp12.500/kg.
Johan mendesak pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional, untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap dampak kebijakan penghentian impor terhadap ketersediaan dan keterjangkauan beras di dalam negeri.
“Masalah sebenarnya ada di distribusi, stok, dan potensi permainan harga oleh pedagang besar. Pemerintah harus serius mengatasi itu, bukan hanya bangga dengan klaim pengaruh global,” ujarnya.
Ia juga menyarankan agar cadangan beras pemerintah (CBP) diperkuat dari hasil panen dalam negeri dan distribusinya dipastikan berjalan efektif hingga ke wilayah rentan pangan.
“Kebijakan pangan harus melindungi petani dan konsumen secara berimbang. Jangan sampai kebijakan jangka pendek justru menciptakan gejolak harga yang merugikan rakyat,” tegas Johan.