
Jakarta (14/05) — Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Johan Rosihan, merespons pemberitaan salah satu Harian Nasional yang menyebut meningkatnya produksi beras Indonesia membuat negara-negara eksportir seperti Thailand, Vietnam, dan Myanmar merasa terdesak karena turunnya permintaan ekspor dan harga beras global.
“Ini momentum penting bagi Indonesia. Peningkatan produksi beras yang berdampak secara regional adalah sinyal positif bahwa kita mulai kembali ke arah swasembada pangan. Tapi tantangannya sekarang adalah bagaimana memastikan petani tetap sejahtera,” ujar Johan di Jakarta, Selasa (14/05).
Ia menekankan bahwa melimpahnya stok beras tidak boleh menyebabkan harga di tingkat petani jatuh. Pemerintah diminta mengoptimalkan peran Bulog untuk menyerap gabah petani secara maksimal dan menjaga kestabilan harga selama panen raya.
“Komisi IV terus memperkuat fungsi pengawasan terhadap target pengadaan 3 juta ton beras oleh Bulog tahun ini. Kita juga minta Kementerian Pertanian fokus pada tata kelola produksi yang berkelanjutan, bukan hanya mengejar kuantitas,” tegas Johan.
Menurut Johan, kondisi ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan posisi tawar dalam diplomasi pangan di kawasan. Negara-negara seperti Myanmar yang mulai kehilangan pasar ekspor karena Indonesia tidak lagi mengimpor dalam jumlah besar, menunjukkan perubahan geopolitik pangan yang harus dimanfaatkan.
“Indonesia bisa memimpin kawasan dalam stabilisasi harga dan pasokan pangan. Tapi itu hanya bisa dicapai kalau kita membangun ekosistem pertanian yang kuat dari hulu hingga hilir,” imbuhnya.
Ia mengingatkan agar capaian ini tidak bersifat temporer, melainkan menjadi pijakan menuju sistem pangan nasional yang tangguh, berbasis pada perlindungan petani, efisiensi produksi, dan kedaulatan pangan yang berkeadilan.