
Brebes (30/04) — Ratusan tokoh masyarakat dan tokoh agama di Brebes antusias mengikuti Sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) yang disampaikan oleh Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Abdul Fikri Faqih.
Kegiatan yang bertujuan menguatkan wawasan kebangsaan ini berlangsung hangat di Aula SDIT Harapan Ummat Brebes, Jumat (25/04/2025) kemarin.
Dalam paparannya, Dr. Fikri Faqih menekankan pentingnya memahami sejarah bangsa secara utuh, terutama mengenai peran fundamental para tokoh Islam dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Melihat sejarah bangsa ini, kita akan dapati peran besar para tokoh Islam. Mereka bukan sekadar pelengkap, tetapi terlibat aktif sejak awal perjuangan,” tegas Fikri Faqih.
Lebih lanjut, Fikri menambahkan bahwa Pancasila dan NKRI adalah warisan berharga yang lahir dari jihad (perjuangan sungguh-sungguh) dan ijtihad (upaya intelektual) para cendekiawan Muslim bersama tokoh bangsa lainnya dari berbagai latar belakang.
Legislator PKS ini mengingatkan kembali kontribusi tokoh-tokoh Muslim seperti Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, dan Kahar Muzakkir dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
“Mereka mewakili kalangan Muslim, baik dari Ormas maupun partai, dan terlibat aktif mempersiapkan kemerdekaan. Ada pelajaran toleransi luar biasa di sana,” ujarnya.
Fikri Faqih mencontohkan bagaimana sikap legawa para tokoh Islam saat menanggapi aspirasi dari kalangan Indonesia Timur terkait Piagam Jakarta.
“Meski awalnya menghendaki syariat Islam, demi persatuan bangsa, akhirnya disepakati sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, yang merangkul semua golongan,” jelasnya.
Tak hanya itu, Fikri juga menyoroti peran penting Mr. Kasman Singodimedjo sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), cikal bakal DPR RI.
Lebih lanjut, Fikri Faqih mengisahkan peran krusial Mohammad Natsir dalam menyelamatkan keutuhan NKRI ketika Indonesia dipecah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) pasca-Konferensi Meja Bundar.
“Melalui perjuangan diplomasi di parlemen dan pidato ‘Mosi Integral Natsir’, beliau berhasil meyakinkan para pemimpin bangsa untuk kembali ke cita-cita proklamasi, yaitu NKRI. Ini adalah bukti nyata kontribusi besar tokoh Islam dalam menjaga persatuan,” paparnya.
Tak lupa, ia menyebut Jenderal Sudirman, seorang guru Muhammadiyah, yang menjadi Panglima Besar TKR, cikal bakal TNI.
Menurut Fikri Faqih, pemahaman sejarah ini penting untuk menepis upaya membenturkan Islam dan keindonesiaan.
“Sejarah jelas menunjukkan keterhubungan erat antara Islam dan negara ini. Permasalahan antara keislaman dan keindonesiaan seharusnya sudah selesai,” tandasnya.
Ia juga menekankan bahwa mengamalkan Pancasila berarti berjuang mewujudkan cita-cita kemerdekaan, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Terakhir, Fikri Faqih mengapresiasi UUD NRI 1945 hasil amandemen yang memberikan ruang luar biasa bagi kemajuan bangsa, seperti pasal-pasal tegas tentang pemilu, jaminan Hak Asasi Manusia (Pasal 28A-J), alokasi anggaran pendidikan 20%, serta mekanisme bagi rakyat untuk menguji undang-undang yang dianggap merugikan melalui Mahkamah Konstitusi.
“Pancasila dan UUD 1945 adalah hasil perjuangan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Mari kita jaga dan implementasikan warisan berharga ini untuk mewujudkan Indonesia yang adil, makmur, dan bersatu,” pungkasnya.