Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Antisipasi Dampak Tarif Trump, Kholid Dorong Pemerintah Jaga Daya Beli dan Tingkatkan Investasi

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Jakarta (11/04) — Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi PKS, Muhammad Kholid, menyoroti dampak kebijakan proteksionis Presiden AS, Donald Trump, terhadap perekonomian global dan Indonesia.

Dalam diskusi PKS Legislative Corner, Kholid menegaskan bahwa meskipun rasio ekspor Indonesia terhadap PDB masih tergolong rendah, sektor-sektor padat karya tetap berisiko terdampak serius.

“Rasio ekspor kita hanya 20-25 persen terhadap GDP, itu rendah. Sehingga, jika ada masalah perdagangan, yang terdampak hanya sektor-sektor tertentu, seperti tekstil, furniture, dan elektronik. Tapi seluruh ekonomi tidak langsung terdampak,” jelas Kholid.

Namun demikian, menurutnya, kondisi ekonomi Indonesia tetap membutuhkan perhatian serius, terutama pada sektor keuangan dan konsumsi domestik.

“Sebelum ada perang dagang dengan Donald Trump pun, sektor keuangan kita sudah mengalami tekanan—rupiah melemah, IHSG sempat disuspensi, penerimaan pajak menurun. Ini warning. Jangan sampai ada tekanan besar di sektor keuangan kita,” katanya.

Muhammad Kholid menekankan pentingnya strategi jangka pendek dan menengah untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional. Ia menggarisbawahi perlunya strategi keep buying untuk menjaga daya beli masyarakat yang menyumbang lebih dari separuh PDB Indonesia.

“GDP kita 60 persen ditopang konsumsi. Maka strategi menjaga daya beli masyarakat adalah segalanya. Kalau konsumsi jalan, produksi dalam negeri ikut hidup. Karena kita nggak bisa terlalu mengandalkan ekspor sekarang, semua negara sedang proteksionis,” ujarnya.

Lebih lanjut, Kholid juga menyoroti urgensi penguatan iklim investasi melalui tata kelola keuangan yang baik. Ia menyebut sovereign wealth fund seperti Danantara harus dikelola secara profesional dan transparan untuk meningkatkan kepercayaan investor.

“Kalau governance-nya bagus, kredibilitasnya oke, investasi akan tumbuh. Tapi kalau tidak, country risk kita akan naik, dan itu bisa mengurangi minat investor,” tegasnya.

Sebagai penutup, Kholid menyampaikan saran agar pemerintah berhati-hati dalam pengelolaan fiskal dan moneter, serta memprioritaskan kebijakan yang memperkuat sektor manufaktur padat karya, yang sangat rentan terdampak dari kebijakan tarif global.

“Jangan sampai manufaktur padat karya yang sudah tertekan makin melemah. Pemerintah harus beri insentif—fiskal, moneter, industri—untuk bantu mereka bertahan. Ini tugas penting untuk memitigasi dampak tarif Trump,” pungkasnya.