Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Lebaran, Pelambatan Ekonomi, dan Spirit Syawal yang Harus Tetap Naik

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Oleh : Aboe Bakar Al Habsyi (Anggota DPR RI Komisi III dan Sekjend DPP PKS)

Lebaran selalu menjadi momen spesial bagi masyarakat Indonesia. Selain sebagai perayaan kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh, Lebaran juga membawa dampak besar bagi perekonomian.

Dari belanja kebutuhan Lebaran, tradisi bagi-bagi THR, hingga pergerakan jutaan orang dalam arus mudik, semuanya berkontribusi pada perputaran uang dalam skala besar.

Namun, Lebaran tahun ini terasa berbeda. Tahun lalu, jumlah pemudik mencapai 193,6 juta orang. Sementara tahun ini diperkirakan turun menjadi 146,48 juta orang.

Penurunan ini tentu berdampak pada ekonomi, karena pergerakan besar-besaran selama Lebaran biasanya menjadi stimulus bagi daerah tujuan mudik.

Uang yang berputar selama Idul Fitri 2025 diprediksi mengalami penurunan dari Rp 157,3 triliun pada tahun lalu menjadi Rp 137,975 triliun.

Lalu, apa artinya bagi kita? Apakah ini pertanda ekonomi semakin sulit? Ataukah justru ada cara lain untuk tetap menjaga semangat dan optimisme, meskipun angka-angka statistik menunjukkan pelambatan? Lebaran dan ekonomi: Mengapa saling berkaitan? Mudik bukan sekadar tradisi, tapi juga penggerak ekonomi.

Saat jutaan orang kembali ke kampung halaman, mereka membawa serta uang dan membelanjakannya di daerah asal. Mulai dari ongkos perjalanan, belanja oleh-oleh, makanan khas, hingga jasa transportasi lokal—semuanya mengalami lonjakan permintaan.

Bagi daerah yang menjadi tujuan mudik, ini adalah “musim panen” yang mendatangkan keuntungan besar bagi pelaku usaha, baik di sektor formal maupun informal.

Selain itu, tradisi memberi THR juga menjadi faktor yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Karyawan menerima tambahan penghasilan, pedagang kecil mendapat lebih banyak pelanggan, dan industri ritel mengalami lonjakan permintaan.

Singkatnya, roda ekonomi berputar lebih kencang saat Lebaran tiba. Namun tahun ini, pelambatan ekonomi yang dirasakan sejak beberapa bulan terakhir, tampaknya berimbas pada perayaan Lebaran.

Masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang, perusahaan mungkin lebih selektif dalam memberikan THR, dan sebagian orang bahkan memilih untuk tidak mudik karena alasan ekonomi. Meskipun Lebaran kali ini terasa lebih sepi dibanding tahun lalu, bukan berarti kita harus kehilangan semangat.

Kita telah memasuki bulan Syawal, bulan yang secara harfiah berarti “peningkatan”. Jika Ramadhan adalah bulan latihan, maka Syawal adalah bulan eksekusi