Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Catatan Dr. Salim : Nasihat Bagi Pemimpin

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Sebaik-baik pemimpin adalah yang melayani rakyatnya. Bahasa pelayanan harus menjadi bahasa universal kepemimpinan dimana saja, apalagi dalam sistem demokrasi hari ini dimana pemimpin itu dari rakyat, dipilih oleh rakyat, maka harus bekerja untuk rakyat. Siapa rakyat kebanyakan? Mereka yang hidupnya biasa-biasa saja, pas pasan, bahkan sebagian dalam kemiskinan atau diambang kemiskinan. Ini yang jadi prioritas kebijakan agar kondisinya terangkat dan terberdaya.

Pemimpin membangun kerjasama, sinergi dan kolaborasi serta membangun sistem yang baik. Kita tidak menciptakan superman, tapi kita menciptakan tim yang solid dan kuat karena sebaik-baik orang adalah yang mampu membangun tim yang kuat untuk kepentingan bersama. Di sini ada nilai dan semangat gotong royong.

Kepemimpinan harus optimis sekaligis kreatif dan inovatif, sebagaimana seorang anak muda Salman Alfarisi yang menyarankan membangun parit saat Perang Khandaq dan harus jadi dalam enam hari enam malam. Panjang parit diperkirakan mencapai 5.544 meter, lebar 4,62 meter, dan kedalaman 3,2 meter. Disebutkan pula bahwa panjang parit itu sekitar 5.000 hasta dan lebarnya sembilan hasta. Maka, setiap 10 orang mendapat jatah untuk menggali sekitar 40 hasta.

Rasululloh SAW menerima usul anak muda cerdas itu padahal parit tidak ada dalam tradisi orang Arab dan strategi perang masa itu. Tapi harus ada strategi yang out of the box karena pasukan muslim hanya 3000 orang dan harus menghadapi pasukan quraisy 10.000 orang.

Pemimpin harus bisa merebut hati rakyatnya, kasbul qulub, memberi semangat yang tangguh pada mereka. Belajar dari Rasululloh, dalam kondisi yang sulit dan krisis Rasululloh mengatakan kita akan menaklukkan Persia, Syam, Syiria, Palestina. Hal itu tidak ada dalam imajinasi rakyatnya saat itu. Bagaimana mungkin?

Pemimpin harus merakyat, bukan tinggal di menara gading, tapi turun ke masyarakat. Sekali lagi kasbul qulub. Politisi, negarawan, sekaligus da’i ada dalam pemimpin. Murah senyum kepada rakyat karena senyum adalah sedekah. Berikan pelayanan terbaik. Jadilah pemimpin milik semua umat, milik semua kalangan, dan milik seluruh bangsa. Maka pemimpin itu akan dicinta rakyat dan bangsanya.

Pemimpin siap turun. Siap dimarahi bahkan harus siap dimaki. Tiap pernah mengeluh. Pemimpin tidak boleh ada rasa benci pada sesama. Kesabaran harus lebih besar. Yang sudah kasbul qulub pertahankan. Yang benci sekalipun ambil hati mereka. Mengambil hati jauh lebih baik daripada menang sendiri.

Pemimpin harus memudahkan bukan mem-persulit. Harus memberi kabar bahagia bukan kabar sedih terus. Pemimpin di hadapan rakyat seperti orang tua bagi mereka. Anaknya macam-macam perilakunya, maka perlakuan kepada mereka juga berbeda-beda. Ada yang dinasehati dengan kata-kata cukup, ada yang dinasehati dengan tegas sedikit, ada yang harus disanksi. Sama seperti dokter, resepnya berbeda-beda untuk tiap pasien tergantung gejala dan hasil pemerikasaan.

Pemimpin harus saling ta’awun dalam kebaikan dan ketakwaan. Kata Sayyidina Ali r.a., suatu kebenaran tanpa aturan main yang jelas, atau tidak teratur, maka yang batil bisa mengalahkan yang haq. Pemimpin harus profesional, sesuai aturan, menempatkan seseorang pada tempat yang sesuai (fit and proper). Berbicara kepada mereka sesuai level amanah dan jabatannya.

Ketika Nabi ditinggal wafat Sayyidatuna Khadijah dan pamannya Abu Thalib, beliau pergi ke Thaif, dilempari batu hingga berdarah. Ketika tiba di satu kebun korma beliau duduk membersihkan darah, beliau berdoa mendoakan orang-orang yang zalim dan mengadu kepada Allah bukan keluh kesah tapi mengharap cinta-Nya. Pemimpin harus ada waktu-waktu mengadu kepada Allah, bukan menggantungkan pada diri sendiri dan timnya sehingga ujub dan takabur. Libatkan Allah dalam kepemimpinan.