
Makassar (20/03) — Anggota DPR RI sekaligus MPR RI dari Fraksi PKS, Meity Rahmatia kembali menggelar sosialisasi empat pilar di Kota Makassar, Selasa (18/03/2025).
Dalam kegiatan tersebut, politisi yang akrab disapa Hajah Meity itu tampil memukau dengan sarung sutra khas Sulawesi Selatan.
Ia sengaja mengenakan busana tersebut untuk menunjukkan kepada khalayak, nilai budaya adalah salah satu pondasi yang mengokohkan bangunan empat pilar di Indonesia.
“Hari ini saya sengaja memakai pakaian dari bahan sarung sutra khas Sulawesi sebagai bentuk perhatian terhadap budaya lokal dan implementasi dari nilai Pancasila,” jelasnya.
Meity berkeyakinan, empat pilar yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadikan nilai-nilai budaya masyarakat di nusantara yang beragam sebagai sumber inspirasi.
Sebab itu, menurutnya, realitas tersebut benar-benar patut disyukuri oleh seluruh anak bangsa Indonesia.
“Bagi saya, tak ada negeri di dunia ini yang sekaya kita dari segi kebudayaan, etnik, bahasa dan agama. Kita berbeda, tapi satu dalam rasa nasionalisme sebagai bangsa Indonesia. Itu satu kebanggaan yang tak dimiliki oleh bangsa lain,” ungkapnya.
Meity yang dikenal pula sebagai aktivis sosial itu menutup ulasannya dengan harapan, masyarakat Kota Makassar selalu cinta tanah air, dan berkontribusi nyata dalam pembangunan bangsa dan negara tanpa melupakan nilai-nilai budaya dan kearifan lokalnya.
“Indentitas kita sebagai bangsa Indonesia, terletak pada keragamana etnik dan budaya ini. Jadi, nilai-nilainya kita jaga bersama,” pintanya.
Kegiatan sosialisasi empat pilar ini berlangsung selama beberapa jam lamanya.
Selain Meity, tampil sebagai pembicara guru besar Universitas Negeri Islam Alauddin, Nurhidayat M. Said. Dalam materinya, dosen yang bergelar master dan doktor bidang agama itu mengatakan, Pancasila sebagai dasar negara telah mewakili keberagaman bangsa Indonesia.
“Penduduk negara yang kita cintai ini misalnya mayoritas penganut agama, terutama 80 sekian persen lebih beragama Islam. Terwakili dalam sila pertama, bahwa Indonesia adalah negara berketuhanan yang Maha Esa,” terangnya.
Ia melanjutkan, bahasanya bahwa Indonesia adalah negara yang terdiri dari pulau-pulau dengan latar etnik, bahasa, budaya dan potensi ekonomi yang berbeda-beda. Kenyataan itu diwakili oleh sila persatuan Indonesia.
“Hal itu dikuatkan lagi dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang menuntut adanya pemerataan pembangunan dari pusat ke daerah,” jelasnya.
Indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang hampir paripurna dari aspek ketatanegaraan menurut dosen yang akrab disapa Prof Hidayat tersebut.
“Dari aspek sistem ketatanegaraan, negara Indonesia sudah sangat ideal, dan telah mewakili keberagaman dan kebutuhan warga negaranya. Sekarang yang dipertanyakan sebenarnya, adalah integritas penyelenggara negara dan warga negara untuk menjaga agar negara ini maju dan berkembang di masa depan,” pungkasnya.