Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Ateng Sutisna Dorong Pengembangan Peternakan Domba di Sumedang

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Sumedang (06/02) — Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Ateng Sutisna, mendorong pengembangan peternakan domba di Sumedang sebagai sektor unggulan yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selain menjabat sebagai Wakil Ketua Departemen Agribisnis dan Pangan Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI), Ateng juga merupakan pemilik Padepokan Domba Tangkas Condro Wisesa yang aktif dalam pengembangan ternak domba tangkas di wilayah ini.

Menurut Ateng, Sumedang memiliki keunggulan dalam sektor peternakan domba karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan sistem breeding ternak. 

“Budidaya domba tangkas di Sumedang punya prospek besar. Masyarakat kita sudah memiliki pengalaman dalam beternak, tinggal bagaimana kita meningkatkan skala usaha dan kualitas produksi,” ujar Anggota DPR dari dapil Jabar IX tersebut.

Selain sumber daya manusia yang sudah terampil dalam beternak, Sumedang juga memiliki potensi pakan yang melimpah. Limbah tahu, yang merupakan produk sampingan dari industri tahu khas Sumedang, dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif yang kaya nutrisi. Selain itu, lahan hijau yang luas serta ketersediaan pakan konsentrat semakin memperkuat peluang pengembangan ternak domba di daerah ini.

“Potensi pakan di Sumedang juga luar biasa, ampas tahu dari pengolahan Tahu khas Sumedang merupakan sumber pakan yang baik untuk ternak. Disamping itu, lahan hijau yang luas dan potensi pakan konsentrat juga tercukupi untuk pengembangan ternak di Sumedang,” jelas Aleg dari daerah pemilihan Jawa Barat IX (Kabupaten Sumedang, Majalengka, dan Subang).

Namun, Ateng menyoroti beberapa kendala yang masih menjadi tantangan dalam pengembangan sektor ini. Market yang masih konvensional dan skala usaha yang kecil menjadi hambatan bagi peternak untuk meningkatkan daya saing di pasar nasional maupun internasional.

“Selain itu, akses permodalan bagi peternak skala besar masih terbatas, padahal dana ketahanan pangan di desa seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor ini,” ujar Ateng.

Sebagai solusi, Ateng mendorong pemerintah untuk bisa bernegosiasi agar pembayaran dam denda haji dan umroh bisa dilakukan di Indonesia. Sehingga domba-dombanya dari Indonesia, dipotong di Indonesia, dan dibagikan ke kaum dhuafa di Indonesia. Hal ini tentu dapat berkontribusi positif untuk industri ternak.

“Salah satu solusi yang saya sarankan kepada pemerintah adalah untuk bisa negosiasi dengan Arab Saudi agar bagaimana pembayaran dam atau denda haji dan umroh dapat dilakukan di Indonesia. Nanti domba-domba yang dipakai dari peternak kita, dipotong di Indonesia, dan dibagikan ke kaum-kaum dhuafa di Indonesia. Dengan begitu manfaatnya akan sangat besar bagi peternak maupun masyarakat,” jelas Ateng.

Untuk peternak dengan skala kecil, Ateng mengusulkan pola kerjasama inti-plasma yang dapat dilakukan melalui koperasi maupun pengusaha. Model ini memungkinkan peternak kecil mendapatkan pendampingan dan akses ke pasar yang lebih luas melalui skema kemitraan yang saling menguntungkan.

“Intinya kita harus bersama-sama membangun ekosistem peternakan yang lebih modern dan berkelanjutan. Jika dikelola dengan baik, sektor ini bisa menjadi andalan bagi perekonomian masyarakat Sumedang,” pungkasnya.