Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Komisi I FPKS Habib Idrus Dorong Kerjasama Ekonomi dan Pendidikan dalam Courtesy Call dengan Dubes Tunisia

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Jakarta (31/01) — Anggota DPR RI Komisi I dari Fraksi PKS, Habib Idrus berpartisipasi aktif dalam courtesy call dengan Duta Besar Tunisia untuk Indonesia, H.E. Mr. Mohamed Trabelsi.

Pertemuan bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Tunisia, dengan fokus utama pada kerja sama ekonomi dan pendidikan.

Habib Idrus menekankan bahwa kedua negara memiliki potensi besar untuk meningkatkan kerja sama yang lebih konkret dan saling menguntungkan, terutama di bidang perdagangan, investasi, dan pertukaran akademik.

Mendorong Peningkatan Volume Perdagangan dan Investasi

Dalam pertemuan, Habib Idrus menyoroti pentingnya peningkatan hubungan dagang antara Indonesia dan Tunisia.

Ia menyoroti bahwa meskipun neraca perdagangan kedua negara mengalami surplus bagi Indonesia, volumenya masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan potensi yang dimiliki kedua negara.

“Dengan posisinya yang strategis di Afrika Utara dan kedekatan dengan pasar Eropa Selatan, Tunisia dapat menjadi hub perdagangan bagi produk-produk Indonesia. Kita harus mendorong kerja sama yang lebih luas, terutama dalam bidang produk halal, farmasi, tekstil, dan industri kreatif,” ujar Habib Idrus.

Ia juga menekankan perlunya penghapusan hambatan perdagangan dan penerapan kebijakan insentif bagi pelaku usaha agar produk Indonesia lebih mudah masuk ke Tunisia.

“Saat ini masih ada berbagai tantangan, seperti keterbatasan akses informasi pasar, hambatan tarif, serta tidak adanya jalur penerbangan langsung yang dapat memperlambat pertumbuhan perdagangan. Ini harus menjadi fokus dalam diskusi kebijakan ke depan,” tambahnya.

Duta Besar Tunisia, H.E. Mohamed Trabelsi, menyambut baik dorongan ini dan menyatakan bahwa Tunisia tertarik untuk memperluas akses produk Indonesia ke pasar Tunisia dan sebaliknya.

“Tunisia terbuka untuk diskusi lebih lanjut mengenai skema perdagangan bebas yang dapat menguntungkan kedua negara,” ungkapnya.

Investasi sektor industri halal juga menjadi topik utama dalam pembahasan. Dengan populasi Muslim yang besar di kedua negara, penguatan sektor industri halal, mulai dari makanan dan minuman hingga pariwisata berbasis syariah, dinilai dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi bilateral.

Mengusulkan Program Beasiswa dan Pertukaran Akademik

Habib Idrus juga menyoroti kerja sama pendidikan sebagai pilar utama hubungan bilateral. Ia mengusulkan adanya program beasiswa bilateral bagi mahasiswa Indonesia yang ingin belajar di Tunisia dan sebaliknya.

“Saat ini, mayoritas mahasiswa Indonesia di Tunisia fokus pada studi Islam, khususnya di Universitas Zaitunah, salah satu universitas Islam tertua di dunia. Namun, ada banyak potensi kerja sama akademik di bidang lain seperti teknologi, teknik, ekonomi, dan ilmu sosial yang bisa dikembangkan,” jelasnya.

Oleh karena itu, Habib Idrus mengajukan inisiatif beasiswa bilateral sebagai langkah konkret untuk memperkuat hubungan akademik kedua negara.

“Kita bisa menjajaki skema pertukaran mahasiswa, program gelar ganda, dan penelitian kolaboratif yang lebih luas. Dengan semakin banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di Tunisia dan sebaliknya, pemahaman lintas budaya dan transfer ilmu akan semakin meningkat,” tambahnya.

Duta Besar Tunisia menyambut baik usulan ini dan menyatakan kesiapannya untuk membahas lebih lanjut teknis pelaksanaan program beasiswa tersebut.

“Kami melihat bahwa pendidikan adalah kunci dalam mempererat hubungan antarnegara. Tunisia siap berkolaborasi dengan Indonesia dalam mengembangkan program pendidikan yang lebih inklusif,” ungkapnya.

Memperkuat Pariwisata dan Konektivitas Transportasi
Habib Idrus juga menyoroti pentingnya peningkatan pariwisata dan konektivitas transportasi antara Indonesia dan Tunisia. Berdasarkan data terbaru, jumlah wisatawan Tunisia yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2024 hanya mencapai 9.902 orang, angka yang masih relatif kecil dibandingkan potensi pasar wisatawan Muslim Tunisia yang besar.

“Konektivitas penerbangan yang terbatas menjadi kendala utama dalam meningkatkan arus wisatawan antara kedua negara. Kita perlu mengeksplorasi kemungkinan kerja sama dalam pengadaan penerbangan langsung atau rute transit yang lebih efisien,” kata Habib Idrus.

Selain itu, ia menyoroti pentingnya kerja sama dalam pengembangan wisata halal dan ekonomi kreatif, termasuk kerja sama antara agen perjalanan dan promosi wisata bersama.

“Indonesia dan Tunisia sama-sama memiliki warisan budaya Islam yang kaya. Kita bisa mengembangkan paket wisata religi dan budaya yang menarik bagi kedua negara,” tambahnya.