
Jakarta (05/01) — Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS, Ledia Hanifa Amaliah, menanggapi wacana para siswa yang akan diliburkan selama satu bulan, pada saat bulan Ramadan yang akan datang.
Menurut Ledia, sebaiknya setiap kebijakan yang akan diambil oleh Pemerintah perlu ada kajian dan analisanya terlebih dahulu.
“Jadi kan sekarang tergantung kebijakan. Makannya kebijakan kan harus dianalisa maunya yang seperti apa ? Selalu ada plus minusnya. Nah kalau kita mau, katakanlah gini ada target kalau mau satu bulan libur berarti ada penugasan-penugasan. Penugasannya apa sih? Nah itu juga jadi bagian yang perlu dicermati,” ungkap Sekretaris Fraksi PKS DPR RI ini saat wawancara dengan stasiun televisi.
Kalaupun tidak libur, lanjut Ledia, efektifnya hanya dua pekan proses belajar mengajar selama Ramadan, karena sudah menjelang Idul Fitri dan tidak akan efektif kegiatan-kegiatannya.
“Dan kalau dulu sih yang zamannya masih sekolah itu, pekan ketiga itu pesantren kilat yang awalnya variasi kegiatan di sekolah. Malah kalau saya mengalaminya waktu itu justru Ujian Nasional waktu itu,” jelas Anggota DPR RI dari Dapil Jawa Barat I ini.
Tapi ketika kemudian libur, kata Ledia, sesungguhnya tidak benar-benar libur, karena tetap saja datang ke sekolah tapi kegiatannya berubah.
“Banyak takaran pilihan kebijakan mau dalam bentuk apa ? Bisa jadi sekolah ternyata ada target pembelajaran yang belum tercapai yang nanti akan agak bermasalah ketika berhadapan dengan ujian-ujian sekolah kakak-kakak kelas. Maka di bulan-bulan ini di pekan pertama ada pembelajaran akademis tapi juga ada ibadah. Tinggal proporsional saja dan itu kreativitas sekolah sendiri. Jadi tinggal Pemerintah membuat bingkai besarnya mau bagaimana? Apa yang dilakukan? Dan target yang mau dicapai seperti apa ?, ” terang Ledia.
Ledia mengajak semua pihak untuk bersama menggapai targetnya dengan berbagai metode yang cocok dan pas untuk masing-masing sekolah.