
Jakarta (29/07) — Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Johan Rosihan merasa prihatin tehadap semakin terpuruknya industri komoditas Teh di tanah air. Padahal menurutnya, Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis yang telah dikembangkan sejak tahun 1860.
Pemerintah, lanjut Johan, harus segera segera membuat kebijakan dan langkah-langkah strategis sebagai tindakan pemulihan agar industry Teh kembali bangkit dan memiliki daya saing global.
Legislator dari Fraksi PKS ini memandang bahwa terpuruknya produksi Teh Indonesia disebabkan beberapa faktor, diantaranya kurang konsistennya mutu produk yang berdampak rendahnya harga Teh Indonesia, adanya penurunan luas areal, serta turunnya minat menanam Teh padahal dari sisi konsumsi Teh terus mengalami peningkatan rata-rata 7,2% per tahun.
Menurut Johan, Kenaikan konsumsi yang tidak diimbangi dengan kenaikan produksi akan berdampak pada peningkatan impor teh dan penurunan ekspor teh Indonesia.
“Kondisi ini perlu diwaspadai pemerintah agar berupaya optimal untuk meningkatkan produksi sebab saat ini produksi kita baru mencapai 139.362 ton per tahun, tertinggal jauh dibandingkan dengan Negara lain seperti China, India, Srilanka dan Vietnam,” ucapnya.
Lanjut Johan, Saat ini daya saing teh Indonesia di pasar dunia sangat lemah, salah satu factor yang dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditas teh, menurutnya adalah teknologi.
“Saya meminta pemerintah untuk menyiapkan strategi peningkatan kemampuan teknologi sebab dengan terbatasnya kemampuan penguasaan teknologi di industry teh telah menyebabkan lemahnya kemampuan dalam menyesuaikan terhadap perubahan keinginan pasar/konsumen” ujar Johan.
Wakil Rakyat dari Dapil NTB 1 ini mengingatkan pemerintah bahwa dalam rangka mendapatkan komponen teknologi yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tingkat kemampuan teknologi pada industry teh.
“Pemerintah hendaknya memperhatikan kebijakan yang terkait dengan transfer teknologi diantaranya kebijakan penanaman modal, kebijakan perpajakan, pengaturan tenaga kerja asing, lembaga yang berwenang dalam alih teknologi, serta kebijakan lain yang mendukung kelancaran transfer teknologi,” pungkasnya.
Johan mendesak pemerintah untuk melakukan pengembangan agroindustri yang lebih berorientasi ke arah hilir sebab komoditas teh sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk lanjutan yang banyak dibutuhkan pasar ekspor.
“Pemerintah harus segera memacu percepatan pengembangan industry hilir teh untuk memacu pertumbuhan ekspornya” kata Johan.
Selain itu, Johan juga meminta Menteri Pertanian dan jajarannya untuk segera mengatasi permasalahan teh nasional melalui regulasi dan kebijakan secara komprehensif untuk menangkap peluang agribisnis dari hulu sampai hilirnya.
“Saya minta terkhusus kepada Dirjen perkebunan harus fokus pada kebijakan peningkatan produksi teh local untuk pemenuhan konsumsi domestic dan meningkatkan peluang ekspor”, demikian tutup Johan Rosihan.