Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Soroti Pergulaan Nasional, Aleg PKS : Pemerintah Harus Antisipasi Kurangnya Pasokan Hingga Ketergantungan Impor

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Jakarta (28/06) — Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PKS, Andi Akmal Pasluddin, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi industri gula nasional yang masih menghadapi berbagai tantangan signifikan.

Andi Akmal menyampaikan beberapa data dan analisis yang menggambarkan situasi terkini serta solusi yang diperlukan untuk memperbaiki sektor pergulaan di Indonesia.

Pada tahun 2023, produksi gula nasional hanya mencapai 2,3 juta ton, sementara kebutuhan nasional mencapai 6,5 juta ton per tahun. Kekurangan pasokan ini menyebabkan ketergantungan pada impor gula sebesar 4,2 juta ton, yang bernilai sekitar USD 1,6 miliar.

“Ini adalah kondisi yang tidak sehat bagi perekonomian kita. Ketergantungan yang tinggi pada impor gula membuat kita rentan terhadap fluktuasi harga internasional dan menguras devisa negara,” ujar Politisi PKS ini.

Selain itu, Anggota Badan Anggaran DPR ini menyoroti masalah efisiensi dan produktivitas di sektor pergulaan. Produktivitas tebu nasional masih berada di kisaran 70-80 ton per hektar, jauh di bawah negara-negara penghasil gula lainnya seperti Thailand yang mencapai 100-110 ton per hektar.

“Rendahnya produktivitas ini harus menjadi perhatian utama. Kita perlu investasi yang lebih besar dalam teknologi dan penyuluhan bagi petani untuk meningkatkan hasil panen,” tambahnya.

Salah satu solusi yang diajukan oleh Andi Akmal adalah revitalisasi pabrik gula yang sudah tua dan tidak efisien. Dari 62 pabrik gula yang ada di Indonesia, sekitar 50% sudah berusia lebih dari 25 tahun dan membutuhkan modernisasi.

“Dengan revitalisasi, kita bisa meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas gula yang dihasilkan. Pemerintah harus segera melakukan audit menyeluruh dan menyediakan dana untuk modernisasi ini,” jelas Andi Akmal.

Lebih lanjut, Pria Kelahiran Bone ini juga menekankan pentingnya dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan yang pro-petani. Misalnya, subsidi untuk benih dan pupuk, serta pembentukan koperasi petani gula yang kuat.

“Dengan kebijakan yang tepat, kita bisa meningkatkan kesejahteraan petani tebu dan mengurangi ketergantungan pada impor,” tegasnya.

Andi Akmal juga menyoroti perlunya diversifikasi produk turunan dari tebu. Saat ini, sebagian besar produksi tebu hanya diarahkan untuk gula. Padahal, tebu memiliki banyak produk turunan yang bernilai ekonomis tinggi, seperti bioetanol dan bioplastik.

“Diversifikasi ini akan memberikan nilai tambah bagi industri tebu dan membuka peluang pasar yang lebih luas,” ungkapnya.

Dalam penutupannya, Andi Akmal mengajak seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan petani, untuk bersinergi dalam membangun industri pergulaan yang kuat dan berkelanjutan.

“Dengan kerjasama yang baik, saya yakin kita bisa mengatasi tantangan ini dan menjadikan Indonesia sebagai negara swasembada gula,” pungkasnya.