
Jakarta (25/04) — Forum Anggota Parlemen Muslim Dunia (IIFP) melalui Wakil Ketuanya Jazuli Juwaini menyoroti perkembangan dan krisis politik yang terjadi di Tunisia.
Jazuli mengaku prihatin atas kemunduran demokrasi Tunisia dengan munculnya rezim diktator dan otoriter yang membungkam kritik dan oposisi di negara tersebut.
“Kami menyesalkan perkembangan politik di Tunisia yang kembali mundur ke belakang dengan munculnya praktek otoritarianisme oleh rezim berkuasa. Kantor oposisi sekaligus partai Islam terbesar Ennahda ditutup paksa sementara ketuanya Rached Ghannauchi ditangkap dan dipenjarakan oleh otoritas berkuasa,” sesal Jazuli.
Padahal, lanjut Jazuli, Tunisia merupakan negara awal mula Musim Semi Arab atau ‘Arab Spring’ dengan demokrasinya yang tumbuh menjanjikan dan menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari peran partai Annahda serta Ghannauchi sebagai tokoh dan simbol demokrasi di Tunisia.
“Penangkapan Rached Ghannauchi dan penutupan kantor Partai Annahda merupakan simbol runtuhnya demokrasi di Tunisia. Apalagi penangkapan itu hanya karena kritik dan pendapat yang dilontarkan Ghannauchi terhadap pemerintahan Presiden Kais Saied, yang sejak Juni 2021 juga telah membubarkan Parlemen Tunisia yang diketuai Ghannauchi,” tandasnya.
Forum Anggota Parlemen Muslim Dunia dalam kapasitasnya sebagai organisasi yang mendukung demokrasi, kebebasan sipil dan hak asasi manusia sangat menyesalkan matinya demokrasi di Tunisia yang menjadi harapan rakyat dan masyarakat sipil bukan hanya di Tunisia tapi juga kawasan bahkan dunia. Sehingga kita semua berharap krisis politik Tunisia segera berakhir dan seluruh rakyat serta elemen masyarakat sipil dan politik bersatu mengembalikan Tunisia pada jalan demokrasi.
“Cukup sudah pengalaman kelam otoritarianisme di masa lalu menjadi pelajaran sambari meyakinkan bahwa Tunisia tak punya peluang membangun bangsa dengan otoritarianisme baru yang dijalankan rezim berkuasa saat ini,” pungkas Jazuli.
Hakim di Tunisia pada Selasa (20/4) memerintahkan pemenjaraan terhadap pemimpin partai Ennahda, Rached Ghannouchi. Ia dikenal sebagai kritikus utama Presiden Kais Saied. Ennahda merupakan partai Islam dan oposisi terbesar di Tunisia yang mengusung dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi dan hak-hak sipil dalam politik.
Ghannouchi ditangkap pada Minggu (16/4) lalu. Sebelum pemenjaraan, pada Selasa (18/4) otoritas di Tunisia melarang semua pertemuan Ennahda. Polisi kemudian menutup kantor DPP Ennahda.