
Jakarta (03/04) — Anggota DPR RI sekaligus Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PKS, Hidayat Nur Wahid menjadi keynote speaker dalam acara memperingati Hari Mosi Integral Natsir yang diselenggarakan Fraksi PKS DPR RI yang mengambil tema ‘Semangat Generasi Menjaga (Mosi Integral) NKRI’.
Anggota Komisi VIII ini mengapresiasi FPKS, karena menjadi pelopor peringatan hari NKRI ini.
“Fraksi PKS merupakan bagian dari yang terus menggaungkan hari peringatan nasional, seperti hari ini maupun hari kemerdekaan. Yang masih belum diikuti oleh fraksi-fraksi lain di DPR RI,” ujar pria yang akrab disapa HNW ini.
Dalam kegiatan ini, HNW mengusulkan untuk diadakannya hari nasional NKRI, sebagai pengingat sejarah dan belajar dari masa lalu.
“Saya mengusulkan agar tanggal 3 April ini menjadi hari nasional NKRI. Agar menjadi acuan untuk terus mengingatkan terhadap NKRI ini. Terutama untuk anak muda jaman sekarang yang banyak tidak mengenal sejarahnya sendiri,” ungkap HNW.
HNW memaparkan, banyak yang meneriakan NKRI harga mati, tetapi tidak paham akan sejarah perubahan NKRI menjadi RIS hingga menjadi NKRI lagi.
“Sekarang ini kan teriakannya adalah NKRI harga mati, tetapi banyak anak-anak muda tidak memperhatikan waktu itu oleh Belanda mengubah Republik Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat. Tanpa ada mosi integral dari Natsir pada tahun 1950, tidak akan ada NKRI lagi,” papar HNW.
Menurut HNW, banyak teladan yang bisa kita pelajari dari masa lalu terutama pada perjuangan mosi integral Natsir.
“Keteladanan dari banyaknya partai di masa lalu, dapat kita tarik persatuannya. Mosi integral merupakan contoh nyata. Latar belakang partai politik yang berbeda, banyaknya partai dapat menciptakan bhinneka tunggal ika,” ungkap HNW.
HNW menjelaskan manfaat lainnya dari peringatan hari Nasional NKRI ini.
“Hadirnya hari NKRI sangat bermanfaat bagi anak muda, agar dapat mengambil pelajaran. Keberagaman bukan berarti pembelahan, tetapi juga untuk menciptakan kolaborasi kerja sama dalam persatuan. Manfaatnya juga diperlukan untuk melindungi kita dari ancaman yang masih ada di depan mata, seperti separatisme, ideologi yang dilarang pancasila, dan ancaman lainnya,” pungkas HNW.