
Jakarta (23/03) — Budayawan Indonesia, Sudjiwo Tejo, memeriahkan acara Pembukaan Konsolidasi Nasional dan Bimteknas Pimpinan Fraksi PKS se-Indonesia di Hotel Grand Sahid Jaya, Rabu malam (23/03).
Dalam acara itu, Sujiwo Tejo bertindak sebagai dalang dalam Pagelaran Wayang Kulit Kontemporer dengan membawakan lakon ‘Brajadentist Mbalelo’.
Sepanjang penampilannya yang berdurasi sekitar dua jam tersebut, tokoh yang dikenal sebagai Presiden Jancukers itu banyak menyinggung sejumlah isu yang saat ini sedang hangat ditengah masyarakat. Salah satunya ialah dialog soal penundaan Pemilu dengan Presiden PKS, Ahmad Syaikhu, saat episode ‘goro-goro’.
“Sikap PKS gimana, Pak?”, tanya Sujiwo.
“PKS tegas menolak penundaan Pemilu dan perpanjangan masa jabatan Presiden karena melanggar konstitusi”, jawab Syaikhu.
Sejurus kemudian, Sujiwo menanggapinya dengan memberi perumpamaan soal kepala dan peci yang kekecilan, yang secara implisit mengkritik rencana perubahan konstitusi untuk menambah masa jabatan Presiden.
“Kalau kepala itu diibaratkan sebagai konstitusi, dan peci itu adalah kebutuhan. Saat kebutuhan itu tidak lebih besar, tidak cukup di kepala, maka apakah konstitusinya (kepala) yang harus dikecilkan (diubah)?”, ujar Sujiwo.
Sementara itu, Presiden PKS, Ahmad Syaikhu, yang turut hadir dalam acara ini mengucapkan terima kasih kepada Sujiwo Tejo yang telah berkenan untuk kembali mengisi acara PKS dan menyajikan pertunjukkan yang sarat nilai dan pesan moral.
“Kami berterima kasih kepada Mbah Tejo yang sudah memberikan pencerahan kepada kader PKS, bagaimana kader-kader PKS juga harus memahami budaya. Karena dulu, wali songo juga menjadikan budaya, khususnya wayang seperti itu, bukan hanya sebagai sebuah tontonan semata, melainkan tuntunan”, ungkap Syaikhu.