Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

HNW Ingatkan Mahasiswa Persatuan Islam Agar Teladani M. Natsir Jaga NKRI

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Jakarta (07/02) — Anggota DPR yang juga Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid, mengajak Pengurus Pusat Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA Persis) untuk terus meneladani tokoh besar PERSIS, M. Natsir dalam menjaga,menyelamatkan dan mensukseskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Melalui Mosi Integral-nya, pada 3 April 1950, di depan sidang DPR RIS, Buya M. Natsir telah menyelamatkan cita-cita Indonesia Merdeka menjadi NKRI, karena sebelumnya sudah dipecah Belanda menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat). Pak Natsir memperjuangkan untuk kembali kepada cita-cita awal Indonesia Merdeka yaitu menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan bahkan pada saat Pak Natsir menjadi Perdana Menteri (1950) I di era NKRI jugalah Republik Indonesia resmi diterima menjadi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa secara penuh. Sehingga Republik Indonesia diterima secara resmi oleh masyarakat dunia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, seperti negara-negara merdeka lainnya. Fakta sejarah ini perlu diingat, tidak ditinggalkan, tidak dihilangkan oleh memori kolektif bangsa dan generasi milenial di Indonesia, khususnya bagi para mahasiswa PERSIS, karena Pak Natsir yang saat itu memimpin Partai Islam Masyumi juga Wakil Ketua Umum PERSIS,” ujarnya saat menerima audiensi PP HIMA Persis di Jakarta, Kamis (03/02/2022), saat beraudiensi terkait penyelenggaraan Muktamar HIMA PERSIS ke X di Serang, Banten, (24/03/2022) mendatang.

HNW sapaan akrabnya mengatakan bahwa tugas para generasi muda, generasi milenial, khususnya HIMA PERSIS, untuk menjaga, mensosialisasikan dan meneruskan peran menyejarah para tokoh Bangsa termasuk dari PERSIS, seperti M. Natsir, Ahmad Hassan dan lain sebagainya, agar dapat terus ikut menjaga, merawat dan membela dan mensukseskan NKRI.

“Para tokoh itu telah memberi contoh sukses menjaga terlaksananya tujuan kemerdekaan Indonesia, dengan menyatukan Indonesia kembali dalam NKRI, serta membuktikan bahwa kelompok Islam baik Orpol maupun ormasnya selalu bisa berkontribusi dan berkolaborasi dengan seluruh warga bangsa sekalipun dengan latar belakang yang berbeda-beda, untuk terlaksananya cita-cita Indonesia Merdeka, menjadi NKRI, dan bersama TNI menyelamatkan RI dari kudeta ideologis yang dilakukan oleh PKI pada tahun 1948 dan tahun 1965. Mereka membuktikan bahwa Umat Islam termasuk Generasi mudanya serta simbol-simbol yang menyertainya seperti Masjid dan Pesantren sangat berjasa bagi eksistensi NKRI, mereka bukanlah radikalis, intoleran, atau teroris anti NKRI, sebagaimana yang sering diwacanakan dan dituduhkan belakangan ini,” ujarnya.

Lebih lanjut, HNW berharap bahwa generasi muda dan milenialis umat Islam, termasuk para mahasiswa yang terhimpun dalam HIMA PERSIS, agar bisa mengkoreksi dan menjawab dengan bukti kongkrit dan karya nyata adanya kesalahan dari berbagai framing negatif terkait radikalisme, terorisme, intoleran dan lainnya.

“Ini tentunya tantangan, agar para Mahasiswa dan generasi muda Muslim menghadirkan terus menerus sikap kenegarawanan M Natsir yang justru terbukti sangat toleran, tidak radikal dan tidak meneror, bahkan sangat moderat dan diterima oleh seluruh kekuatan politik dan militer, dan sangat mencintai dan berjasa untuk negaranya sehingga selamat kembali pada cita-cita awal kemerdekaan Indonesia menjadi NKRI, dan bahkan diakui oleh lembaga internasional PBB sebagai anggota penuh. Itu semua bisa dilakukan kembali dan berlaku seterusnya, bila generasi muda dan seluruh komponen bangsa memahami sejarah perjuangan Bapak/Ibu Bangsa dengan komprehensif, dan serta mengamalkan Pancasila secara jujur, adil, baik dan benar,” ujarnya.

HNW menuturkan bahwa framing kelompok Islam dengan radikalisme, terorisme dan sikap intoleran yang saat ini dikembangkan dan dituduhkan, bertentangan dengan jasa besar M Natsir, tokoh Partai dan Ormas Islam, selain bertentangan dengan fakta ajaran Islam maupun laku Umat Islam.

Dan kesalahan-kesalahan berulang yang hadirkan Islamophobia itu juga dapat di-counter oleh HIMA PERSIS selain dengan aktif menyatukan Umat dan bangsa untuk meneladani M Natsir yang sangat berjasa untuk eksistensi NKRI, juga melalui aktifnya mereka bersama seluruh komponen masyarakat, mengembangkan sikap dan laku positif dan konstruktif dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, dilakukan dengan semangat toleran, inklusif, dan moderat.

“Dengan begitu para generasi muda di HIMA PERSIS bisa berkontribusi positif untuk bangsa dan negara, seperti yang dicontohkan oleh ulama pejuang seperti M Natsir dan lain-lain. Melalui berbagai kreasi, kolaborasi dan kegiatan yang solutif, visioner dan bermanfaat untuk maju jayanya Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tambahnya.

Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga menegaskan komitmennya untuk tetap memperjuangkan 3 April, hari dimana M. Natsir menyampaikan Mosi Integral yang mengembalikan Indonesia ke NKRI, untuk diperingati sebagai hari NKRI dan bulan April sebagai Bulan NKRI.

“Ini sangat penting bukan hanya untuk Persis, organisasi asal Pak Natsir, tetapi juga bagi bangsa dan negara, dan eksistensi NKRI ditengah berbagai rongrongan yang bisa memecah NKRI seperti separatisme dan adu domba dengan pembelahan di tengah masyarakat,” ujarnya.

“Apalagi sekarang sangat marak sekali orang berteriak NKRI Harga Mati. Tapi membiarkan terjadinya framing negatif terhadap Umat Islam dengan issu intoleran, radikal, dan terorisme, yang potensial memperlemah kesatupaduan bangsa dan negara Indonesia. Padahal, apabila Pak Natsir, Tokoh Partai Islam dan Umat Islam waktu itu tidak menyampaikan mosi integralnya agar menjadi NKRI, mungkin teriakan NKRI harga mati tidak akan ada sekarang ini, karena Indonesia sudah diubah menjadi RIS, dan waktu itu NKRI sudah dikubur oleh penjajah Belanda. Atau sekarang entah bagaimana nasib Republik Indonesia, mungkin malah sudah berantakan karena terpecah belah akibat berlanjutnya Republik Indonesia Serikat (RIS) yang sebagian negara bagiannya adalah negara boneka mainanan penjajah Belanda. Dengan Mosi Integral M Natsir lah, Indonesia selamat menjadi NKRI, dan generasi sekarang bisa meneriakkan slogan : NKRI Harga Mati! Fakta menyejarah ini harusnya tidak dilupakan apalagi dihilangkan dari memori ingatan bangsa Indonesia, harusnya malah diingat dan diperingati, salah satunya dengan menjadikan tanggal 3 April sebagai Hari Nasional, Hari NKRI,” pungkasnya mengakhiri.