
Jakarta (06/12) — Anggota Komisi VIII sekaligus Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PKS, Hidayat Nur Wahid, menyerukan perlunya kerjasama berbagai komponen masyarakat baik di Indonesia dan di dunia dalam melawan dan mengkoreksi Islamophobia (prasangka dan framing negatif, kebencian, permusuhan terhadap Islam dan muslim).
“Mengapa dibutuhkan kerjasama global? Karena sejatinya ‘Islamophobia’ tidak hanya menerpa kepada agama Islam. Tapi ini sebagai salah satu pintu masuk untuk menghancurkan Agama-agama dan nilai-nilai moral, akhlak, berkeluarga yang benar sesuai ajaran Agama, dan relijiusitas masyarakat secara umum, untuk diganti dengan nilai agnotisisme (anti Agama), atheisme (anti Tuhan), hedonisme, permisivisme, perilaku menyimpang LGBT, yang semuanya jauh dari nilai-nilai Agama, Ketuhanan, Ethika dan Kemanusiaan yang berkeadaban”.ujarnya.
Hal tersebut disampaikan HNW saat tampil sebagai salah satu pembicara dalam Webinar Internasional tentang Islamophobia yang diselenggarakan oleh Universitas Islam As Syafi’iyah bekerja sama dengan Ikatan Dai Indonesia (IKADI) dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bekasi secara online, Sabtu (04/12/2021).
HNW sapaan akrabnya mengatakan bahwa kokohnya Islam sebagai Agama pembawa rahmat, dan umat Islam yang terus berupaya memegang teguh ajaran agama Islam, dan malah makin berkembangnya Islam ditengah berbagai tuduhan yang memojokanya seperti terorisme, radikalisme dan lainnya, menjadi sasaran tembak dari pengusung ideologi Islamophobia dan ideologi lainnya yang ingin menjauhkan masyarakat dari Agama Islam dan dari komunitas beragama Islam tersebut.
HNW memberi contoh, setelah dihantam dengan isu terorisme, radikalisme, intoleran dan lainnya, tapi tidak efektif merealisasikan missi besar mereka, maka dipopulerkan lah gerakan ‘Islamophobia’ menjadi gerakan trans nasional pasca peristiwa 11 September di Amerika Serikat, karena umat muslim di Amerika Serikat justru semakin kokoh, berkembang, diterima masyarakat, terbukti upaya mereka untuk ikut berkiprah membangun negara Amerika Serikat, mendapatkan dukungan yang signifikan.
“Terbukti saat ini semakin banyak anggota Kongres Amerika Serikat yang beragama Islam, ada juga beberapa walikota juga muslim. Bahkan, ada satu kota di Negara Bagian Michigan, Kota Hamtramck yang mayoritas penduduknya dan dewan kotanya adalah muslim. Jumlah Umat Islam dan Masjidnya juga meningkat pesat,” jelas HNW.
Lebih lanjut, Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan bahwa orientasi dari pengusung Islamophobia sejatinya adalah ingin menghancurkan nilai-nilai moralitas, akhlak, ke-Tuhanan, nilai kesusilaan, dan nilai kekeluargaan yang ada di masyarakat.
Oleh karenanya, ketika berbicara terkait Islamophobia, HNW mengatakan bahwa umat muslim dan umat beragama lain perlu melihat persoalannya ini secara utuh, bukan ‘Islam’ saja yang ditarget, tapi semua Agama dan Umat beragama yang mementingkan moral, komitmen beragama, menjaga institusi keluarga, menolak agnotisisme, atheisme, permissifisme, hedonisme, dan penyimpangan LGBT.
“Umat Islam seharusnya tidak memposisikan bahwa masalah Islamophobia ini hanya sebagai masalah internal umat Islam saja. Namun, perlu menjalin kerja sama dengan kelompok-kelompok agama lain untuk mengukuhkan nilai relijiusitas di masyarakat dan menyelamatkan masadepan peradaban dan kemanusiaan. Karena tidak ada agama yang ajarkan bahwa nilai-nilai agama yang berisi ajaran moralitas yang luhur perlu di-framing negatif, apalagi dihilangkan dari masyarakat. Apalagi Islam yang justru ajarkan soal Rahmatan lil aalamiin,” tambahnya.
HNW menuturkan bahwa upaya untuk menghadap Islamophobia ini sejatinya bisa dilakukan oleh lembaga-lembaga Islam Internasional seperti OIC yang menghimpun Negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maupun Moslem World League yang menghimpun Ormas-ormas serta tokoh Muslim sedunia.
Kedua lembaga yang sudah menandatangani MoU untuk bekerjasama atasi masalah-masalah Islamophobia dan lainnya, penting untuk memaksimalkan potensi strategis dan power yang dimilikinya terhubung dengan Negara-negara dan Komunitas-komunitas ditingkat Global. Tetapi juga setiap individu muslim, baik itu disadari atau tidak, bila seorang Muslim menunjukan prestasi unggulan di bidang yang digelutinya.
HNW menyebut empat tokoh muslim yang sangat berpengaruh dan berhasil meminimalisir Islamophobia melalui prestasinya.
Pertama adalah pemain sepakbola asal Klub Liverpool Mohammed Salah yang dengan prestasinya sebagai penyerang terbaik menunjukan wajah muslim yang simpatik, ramah dan berprestasi yang membanggakan, tidak sebagaimana yang selama ini ditakut-takuti oleh pengusung Islamophobia.
“Dalam beberapa penelitian, Mohammed Salah itu telah berhasil mengkoreksi Islamophobia atau kesalahpahaman terhadap Islam di Liverpool,” ujarnya.
Selanjutnya, ada pula petinju legendaris Muhammad Ali di Amerika Serikat yang menunjukan wajah Islam yang berprestasi, simpatik, ramah dan mencintai keadilan di negara tersebut. Dan, ilmuwan muslim pasangan Suami Istri asal Turki Ugur Sahin dan Ozlem Tureci yang menemukan vaksin Covid-19 Pfizer.
“Ini merupakan contoh nyata bahwa prestasi yang ditunjukan oleh seorang muslim kepada dunia dapat menunjukan wajah Islam yang sesungguhnya, ramah, berprestasi, tidak menakutkan sebagaimana dikampanyekan sehingga sekaligus mengkoreksi pandangan tidak fair dari Islamophobia,” tuturnya.
HNW berharap ke depan akan semakin banyak muslim-muslim di dunia, terutama yang berasal dari Indonesia, yang dapat menunjukan wajah Islam yang memang moderat sesuai dengan wajah masyarakat bangsa Indonesia.
“Umat Islam harus bisa memberikan sumbangsih konkret kepada persoalan yang dihadapi dunia. Sehingga sangat penting pemahaman Islam itu kembali kepada prinsipnya, yakni keyakinan bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin (memberi rahmat kepada semesta alam), dan Umat Islam Indonesia bahu membahu dengan Umat Islam diseluruh dunia, bahkan Umat beragama di seluruh dunia, menampilkan secara terbuka dan berkelanjutan, melalui dialog, karya tulis, opini, maupun prestasi unggulan, bahwa Islam tidak layak diberlakukan dengan spirit Islamophobia yang tidak fair dan tidak menyelesaikan masalah,” pungkasnya.