Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Bendungan Leuwikeris Terganjal Ketersediaan Lahan, Aleg PKS Akan Cari Tahu Persoalannya

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

 

Tasikmalaya (21/10) — Kepala Bidang Pelaksanaan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Sugeng Harianto mengatakan, masih ada tujuh hektar lahan pembangunan Bendungan Leuwikeris yang belum dibebaskan.

Terkait dengan kondisi ini, Anggota Komisi V DPRI RI dari Fraksi PKS, Toriq hidayat akan mencari tahu penyebab tertahannya pengambilalihan sisa lahan untuk pendirian bendungan di kabupaten Ciamis tersebut. Ia ingin proyek ini selesai sesuai target yakni pada tahun 2022.

“Dari Informasi yang di dapat, lahan yang belum dibebaskan tersebut merupakan milik Pemda. Namun Hingga saat ini masih diproses oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengadaan Tanah Bendungan Leuwikeris. Saya akan cari tahu mengapa prosesnya belum selesai. Berlarurt-larut,” kata Politisi PKS asal Dapil Jabar XI.

Toriq menyebutkan, Pengerjaaan Konstruksi bendungan yang telah dimulai sejak tahun 2016 lalu itu dan kini sudah tembus 82 persen seharusnya selesai sesuai target. Apalagi Bendungan Leuwikeris merupakan salah satu Program Strategis Nasional Bidang Sumber Daya Air yang tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020.

Aleg Pusat dari Tasikmalaya ini menjelaskan pentingnya pembangunan bendungan Leuwi Keris. Salahsatunya bertujuan untuk peningkatan volume tampungan air. Dengan begitu dapat memasok air irigasi ke lahan pertanian di sekitarnya, penyediaan air baku dan sekaligus pengendalian banjir.

“Saat ini sungai Citanduy belum memiliki bendungan. Sekiranya bendungannya sudah rampung, maka kesinambungan pasokan air ke sawah terjaga. Selama ini lahan pertanian kerap mengalami banjir saat musim hujan dan kekurangan air pada musim kemarau,” kata Toriq.

Ia sangat berharap Pembangunan Bendungan Leuwikeris memberikan lima solusi bagi masyarakat di kabupaten dan kota sekitarnya. Yakni suplai air irigasi untuk Lakbok Utara di Ciamis sekitar 6.000 hektare. Begitu juga dengan Manganti di Cilacap sekitar 4.000 hektare. Yang diharapkan dapat mendorong peningkatan indeks pertanian (IP).

“Berikutnya menyediakan air baku sebesar 845 liter/detik untuk Kota Banjar, Kabupaten Tasikmalaya, dan Ciamis. Kemudian mereduksi banjir, berpotensi menjadi sumber daya listrik untuk PLTA, kawasan konservasi air tanah, perikanan dan destinasi pariwisata,” tutup Toriq.