
Jakarta (09/06) — Pakar Pengembangan Kota dan Daerah, Bambang Susanto Priyo Hadi yang hadir secara virtual dalam Focus Group Discussion diselenggarakan oleh Fraksi PKS DPR RI, mengkritisi pemerintah terkait isu pemindahan ibukota negara ke Penajam Paser Utara dan menilai hal tersebut sebagai sebuah kesia-siaan dan tidak relevan.
Bambang mengatakan, masih ada beberapa masalah yang belum jelas dalam wacana pemindahan ibukota, termasuk masalah legalitas dan hukum.
“Bahkan sampai hari ini kita belum tau berapa hektar yang sebenarnya akan didelineasi dari kota itu. Ya, memang kita tau intinya kota Penajam Paser Utara hampir seluas enam ribu hektar dengan wilayah sekitar 42 ribu hektar. Tetapi itu hanya delineasi mimpi. Dan untuk ibukota negara ini berbasis mimpi.” Tukasnya.
Dalam pemaparannya, Bambang menyebutkan beberapa contoh negara yang berhasil dan kurang berhasil dalam pemindahan ibukota negaranya.
“Contoh negara yang pernah melakukan pemindahan ibukota dan dikatakan gagal, yaitu negara bagian di India Utara, kota Chandigarh, kota dengan jalan yang besar tetapi sepi. Lalu juga Brasilia yang jaraknya 400 km menjauhi San Paulo. Betul-betul kota yang berada di hutan dan jauh sekali. Dan dapat kita katakan, gagal.” jelasnya.
Namun, menurut pakar infrastruktur ini, ada beberapa pemindahan ibukota di negara-negara yang berhasil contohnya Putrajaya, yang berjarak tidak lebih dari 100 km dari Kuala Lumpur dan juga New Delhi. Bambang menambahkan, ada beberapa tolak ukur dalam menentukan faktor keberhasilan pemindahan ibukota negara.
Baca juga: Aleg PKS : Pindah Ibu Kota Tak Relevan Sebab APBN Negara terus Menurun
“Pertama yang harus diperhatikan adalah daya dukung lahan. Apakah Penajam Paser Utara sudah cukup bagus? Kita mempunyai seorang doktor yang telah melakukan penelitian disana, dan hasilnya yaitu di Penajam Paser Utara adalah daerah yang sukar dalam air tanah dengan akuifer yang relatif tipis.” imbuhnya.
Selain itu, Bambang juga menilai di kota Penajam Paser Utara memiliki beberapa sesar atau patahan yang bisa berbahaya dan beresiko jika tidak memiliki dana dan teknologi yang mumpuni.
“Daya dukung menjadi sesuatu yang sangat penting. Kita juga perlu melihat bahwa jarak PPU relatif jauh dengan Balikpapan dan Samarinda. Jadi kita punya problem daya ungkit dan daya dukung,” tuturnya.
Sebagai penutup, Bambang juga kembali mengingatkan untuk memperhatikan proses pemindahan ibukota dengan lebih baik. Lebih lanjut, Bambang menganjurkan agar jarak pemindahan ibukota lama ke ibukota baru sebaiknya tidak terlalu jauh agar tidak sekedar mimpi yang dipaksakan untuk menjadi sebuah kenyataan.