Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Aleg PKS: Monitoring Gempa Bumi, Gunung Api, Dan Cuaca Cukup Dalam Satu Lembaga

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

 

Tasikmalaya (27/04) — Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) khawatir akan potensi tsunami akibat erupsi gunung api, sedangkan sistem peringatan dini yang dimiliki BMKG tidak ada link dengan gunung api. Hal ini dibenarkan oleh Toriq Hidayat, Anggota Komisi V DPR RI asal PKS.

“Pemantauan data monitoring gunung api laut/pada pulau kecil dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang berada di bawah Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,” ungkapnya.

Menurut Toriq, Kekhawatiran Kepala BMKG dikarenakan ada sekitar delapan gunung berapi di Indonesia yang potensial memicu gelombang tsunami, namun BMKG sama sekali tidak memiliki data terhadap gunung-gunung api tersebut.

“Selain itu hal yang paling krusial saat ini adalah terbatasnya jumlah peralatan monitoring gempa bumi nontektonik. Yakni gempa yang disebabkan karena erupsi gunung api, longsor laut, dan sebagainya. Padahal banyak gunung api dan potensi longsor di laut Indonesia yang dapat menimbulkan tsunami,” tambahnya.

Toriq sangat setuju jika selanjutnya monitoring gempa bumi, gunung api, dan cuaca ada di dalam satu Lembaga saja, sebagaimana Jepang dengan Japan Meteorological Agency (JMA)-nya. Sehingga Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami dapat terintegrasi dan tersosialisasi secara optimal.

“Indonesia terletak di antara ring of fire. Inilah penyebab kenapa Indonesia memiliki banyak gunung berapi aktif. Gunung berapi di Indonesia merupakan gunung api paling aktif dalam jajaran gunung api yang ada pada ring of fire,” imbuh Toriq.

BMKG, lanjutnya Toriq mencatat sejak 2008 hingga 2016 rata-rata kajadian gempa di Tanah Air sebanyak 5.000-6.000 kali dengan berbagai kekuatan dalam setahun. Namun pada 2017 kejadian gempa bumi meningkat menjadi 7.169 kali, bahkan pada 2018 dan 2019 menjadi lebih dari 11.400 kali.

“Pada 2020 kejadian gempa bumi masih di atas rata-rata tahunan yaitu 8.258 kali. Awal 2021 tercatat selama Januari telah terjadi 662 kali, melampaui kejadian gempabumi rata-rata bulanan yang berkisar antara 300 sampai 400 kali kejadian,” tambahnya.

Toriq berharap Kondisi ini menjadi peringatan bagi Pemerintah untuk segera melakukan Peningkatan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana di daerah dan di masyarakat, terutama terkait sistem peringatan dini, agar tidak ada korban jiwa.