
Jakarta (12/03) — Anggota DPR sekaligus Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid mengingatkan besarnya peran ulama dan umat Islam dalam memperjuangkan serta mempertahankan NKRI. Hal tersebut disampaikan dalam Mimbar Demokrasi Kebangsaan yang digelar Fraksi PKS DPR RI dengan tema “Moderasi Islam dan Kebangsaan Indonesia,” Jumat, (12/03).
Akrab disapa HNW, ia mengatakan bahwa pandangan yang menghadirkan Islamophobia dan Indonesiaphobia harus kembali diluruskan.
“Islamophobia karena mereka mempersepsikan bahwa islam dan umat islam seperti dijadikan sansak saja untuk agenda politik, agenda sosial, agenda ekonomi. Islam hanya dijadikan sebagai korban karena dianggap umat islam tidak mempunyai peran bagi Indonesia. Jadi karenanya mereka di stigma sebagai radikal. Yang lain melihat bahwa Indonesia ini sepertinya adalah yang semuanya serba berkonotasi kafir, bid’ah sehingga muncul yang disebut sebagai Indonesiaphobia. Mereka mengira bahwa Indonesia ini seolah-olah tidak ada.” Tutur HNW.
HNW menegaskan bahwa untuk memperbaiki pandangan tersebut, sejarah dan jasa ulama serta umat islam terhadap Indonesia penting untuk diingat dan merupakan sebuah tantangan yang masih perlu dihadapi.
Baca juga: Buka Mimbar Demokrasi Kebangsaan, Ketua FPKS: Islam Hadirkan Rahmat bagi Manusia dan Alam Semesta
HNW mengingatkan kembali ketika masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, Kerajaan-kerajaan Islam tanpa tawar-menawar langsung menyatakan dukungannya dan bergabung dengan NKRI.
“Begitu luar biasa mereka, begitu Indonesia merdeka, tanpa perang dan tanpa kompensasi dijadikan pejabat, mereka langsung bergabung. Itu salah satu fakta bagaimana keislaman dan keindonesiaan itu begitu luar biasa disatukan, diterima, dan dihayati.” Ucap Ketua MPR (2004-2009) itu.
HNW juga menyinggung mengenai penerimaan umat Islam terhadap Pancasila meskipun sempat mengalami perubahan di sila pertama. Para Ulama tetap menerima Indonesia dengan resolusi Jihad di berbagai kota seperti Surabaya dan Yogyakarta.
“Sekalipun sila 1 berubah, mereka tetap mempertahankan Indonesia merdeka. Itu semua menggambarkan bagaimana islam meenunjukkan sikap yang jelas dan konkret bahwa penerimaan islam terhadap Indonesia memang demikian jelas, konkret, dan heroik.” Ungkap HNW.
Baca juga: Antara Islam dan Demokrasi, Azyumardi Azra : Indonesia Tak Terwujud Tanpa Umat Islam yang Akomodatif
Selain itu, HNW juga berpendapat bahwa tokoh nasional Indonesia, Bung Karno adalah sosok yang menghadirkan harmoni antara kebangsaan dengan keislaman menjadi satu.
“Beliau menegaskan bahwa piagam Jakarta adalah bagian tak terpisahkan dari UUD. Itu artinya, Pancasila sangat beliau hormati. Inilah bagian dari pembuktian bagaimana dari awal, antara keislaman dan Indonesia tidak terpisahkan.” Ungkap HNW.
Selain itu, HNW juga menyebutkan peran tokoh Islam Muhammad Nasir dalam menyelamatkan bangsa Indonesia dari pengupayaan negara komunis. Menurut HNW, berkat perjuangan M. Nasir lah Indonesia berhasil kembali kepada kesepakatan nasioanal yaitu NKRI.
HNW menegaskan bahwa fakta-fakta tersebut perlu disegarkan kembali demi terjadinya moderasi serta mencegah Islamophobia dan Indonesiaphobia.
“Tanggung jawab umat islam lah bersama umat yang lain untuk kemajuan, kebaikan, dan kesatu paduan Indonesia. Dan bagi PKS, memperjuangkannya melalui parlemen adalah satu bukti tentang islam, moderasi, dan demokratisasi yang sangat kompetibel.” Tutup HNW.