Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Buka Mimbar Demokrasi Kebangsaan, Ketua FPKS: Islam Hadirkan Rahmat bagi Manusia dan Alam Semesta

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

 

Jakarta (12/03) — Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli Juwaini memberikan sambutan dalam agenda Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan Fraksi PKS DPR RI bertajuk Moderasi Islam dan Kebangsaan Indonesia yang digelar secara virtual, Jum’at (12/03).

Jazuli menjelaskan agenda tersebut merupakan rangkaian program dan agenda strategis Fraksi PKS, dari yang telah diselenggarakan selama 5 tahun terakhir yaitu lomba baca teks proklamasi mirip suara presiden Soekarno, pidato dan biografi tokoh bangsa pendiri Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan, pendiri Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy’ari, Jenderal Sudirman, Bung Karno, dan Bung Hatta.

“Mimbar Demokrasi Kebangsaan ini yang kedua, yang pertama bulan lalu dibuka oleh Ketua Majelis Syuro PKS Habib Dr. Salim Segaf Al-Jufri, Menteri Sosial di era SBY (Susilo Bambang Yudhoyono —red) yang ke-2, Duta Besar Indonesia untuk Saudi di era Presiden SBY yang pertama. Dengan pembicara Wakil Presiden Indonesia yang ke-10 dan ke-12 bapak M. Jusuf Kalla,” imbuhnya.

Baca juga: Mimbar Demokrasi Kebangsaan, HNW: Jangan Lupakan Sejarah dan Jasa Umat Islam

Jazuli menambahkan, para pembicara yang dihadirkan semua telah yakin akan kapasitas, kemampuan, dan juga komitmen kebangsaan dan keislamannya. Tujuan agenda tersebut sebagai ruang untuk membahas masalah-masalah fundamental demokrasi dan kebangsaan dalam perspektif yang jernih dan mencerdaskan.

“Banyak orang bicara tentang demokrasi dan kebangsaan, tetapi kehilangan objektivitas, seringkali merupakan klaim sepihak, tapi perilakunya tidak mencerminkan demokrasi. Karena itu kita ingin mimbar ini membahas demokrasi dan kebangsaan dalam perspektif yang jernih dan objektif serta mencerdaskan bagi kita dan seluruh rakyat Indonesia,” terangnya.

Jazuli menegaskan, PKS dari awal mendeklarasikan diri sebagai partai Islam, tetapi Islam yang ingin hadirkan visi islam yang rahmatan lil alamin. Oleh karena itu, Fraksi PKS selalu mengkritisi kerusakan lingkungan, hutan, dan seterusnya karena ingin mengembangkan rahmat ini selain untuk manusia juga alam semesta.

Baca juga: Antara Islam dan Demokrasi, Azyumardi Azra : Indonesia Tak Terwujud Tanpa Umat Islam yang Akomodatif

“Secara konseptual moderasi islam itu adalah ajaran islam secara keseluruhan, kita lihat umpamanya dalam konteks beragama Islam melarang orang memaksa keyakinan, bahkan Islam menegaskan untuk saling menghormati. Islam juga mengajarkan tentang menghormati tetangga, ketika bertemu harus menyampaikan senyum dan salam, dan banyak lagi. Islam mengajarkan tentang keseimbangan dalam segala hal,” ujarnya.

Menurut Jazuli hal ini yang perlu banyak diungkap dan dipahami oleh berbagai macam pihak, maka karena itu pentingnya Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan pada hari ini mengangkat tentang moderasi Islam. Lebih lanjut, Jazuli menguraikan secara historis Islam diterima di seluruh nusantara karena sesuai dengan fitrah manusia dan disampaikan dengan cara-cara yang damai dan moderat.

“Walisongo menyampaikan ajaran Islam tanpa meneteskan satu darah pun di Indonesia. Diungkap dalam Al-Qur’an, banyak orang berbondong-bondong memeluk agama ini karena disampaikan dengan cara-cara menarik. Kita lihat dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia maupun dalam pembentukan berdirinya, rasanya tidak bisa dipisahkan dari peran umat Islam dan para santri,”

Baca juga: Mimbar Demokrasi Kebangsaan Fraksi PKS : Moderasi Islam Faktor Penting Kebangsaan Indonesia

Jazuli mengungkapkan, NU menganggap Pancasila dan konstitusi sebagai darussalam. Muhammadiyah menganggap sebagai darul ahdi wasy-syahadah. Ia menekankan, tanpa mengecilkan peran saudara-saudara dari agama lain, peran besar umat Islam, para santri, ulama, dan tokoh Islam dalam perjuangan kemerdekaan dan berdirinya Indonesia tidak bisa dikecilkan. Karena Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia, maka harus menjadi perekat persatuan, penjaga indentitas, dan penggerak kemajuan bagi bangsa dan negara.

“Politik identitas kebangsaan NKRI dengan dasar negara Pancasila, konsitusinya UUD 1945, dan saya termasuk orang yang bangga ketika bung Karno mempidatokan dasar negara ini di markas umum PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa —red). Insya Allah kalau praktek keislaman yang benar itu diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat kita, maka akan menghadirkan kemaslahatan dan rahmat bagi Indonesia. Semoga mimbar yang sederhana ini akan menghasilkan sesuatu yang besar bagi bangsa dan NKRI.” tutupnya.