Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Wakil Ketua Komisi X FPKS minta Kemenparekraf Tambah Alokasi Desa Wisata

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

 

Jakarta (27/01) — Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS, Abdul FIkri Faqih meminta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahudin Uno menambah alokasi anggaran untuk desa wisata di tanah air.

“Hanya sedikit desa wisata yang jadi program dan disasar anggaran kementerian, padahal potensinya sangat besar,” kata Fikri dalam rapat kerja di Komisi X DPR yang digelar secara virtual, Selasa (26/01/2021).

Menurut Fikri, desa wisata yang tercatat saat ini mencapai 7.700 lebih desa yang tersebar di 514 kabupaten/kota di Indonesia. Namun, alokasi anggaran Kemenparekraf hanya untuk 244 desa wisata saja. “Ini kan berarti hanya 3,1 persen desa wisata yang diperhatikan,” ungkapnya.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini menyebutkan soal data organisasi pariwisata PBB (UNWTO), bahwa kunjungan wisata ke wilayah pedesaan meningkat meskipun pandemi tengah melanda dunia. “Minimal naik 6 persen,” kutip Fikri.

Sehingga hal tersebut dinilai merupakan peluang agar pariwisata di RI bisa melakukan recovery setelah dihantam pandemi.

“Harapannya besar, namun alokasinya sangat sedikit, padahal kemenparekraf punya benchmarking ke Austria segala,” kata FIkri mengacu pada presentasi Menparekraf.

Selain itu, karena 4 desa wisata di Indonesia berhasil masuk dalam Top 100 Destinasi Berkelanjutan di Dunia versi Global Green Destinations Days (GGDD) pada 2019 silam.

“Empat desa masuk destinasi unggulan dunia, 2 di Bali dan 2 di Yogyakarta,” kata Fikri.

Empat desa wisata yang masuk dalam program itu adalah Desa Pemuteran (Bali), Desa Penglipuran (Bali), Desa Wisata Nglanggeran (Yogyakarta), dan Desa Pentingsari (Yogyakarta). Desa-desa ini menjadi cerminan dari kesuksesan mengelola pariwisata yang berkonsep pada semangat lingkungan dan budaya lokal.

Fikri menambahkan, pengembangan desa wisata berbasis lingkungan dan budaya lokal tersebut harus berkonsentrasi pada konservasi.

“Desa-desa tersebut mendunia karena berhasil konservasi lingkungan & budaya, bukan karena banyak inovasi, nah konservasi lingkungan dan budaya ini harus dikembangkan agar jadi rujukan desa-desa wisata lain dengan potensi serupa,” tandasnya.