
Indonesia secara resmi telah menentukan Vaksin Sinovac untuk mencegah wabah covid 19. Tahap awal sebanyak 1,2 juta spesimen telah sampai beberapa waktu lalu.
Setelah mengkaji kembali kondisi keuangan negara, presiden Jokowi menegaskan bahwa vaksin Covid-19 diberikan secara gratis atau cuma-cuma kepada seluruh masyarakat dan memerintahkan jajarannya agar tidak ada seorangpun yang tidak divaksinasi.
Baca juga : Catatan Redaksi : Berjaya Ditengah Nestapa
Presiden Jokowi menjamin bahwa vaksin yang diberikan sudah terbukti aman secara klinis dan dirinya akan menjadi orang pertama yang menerima vaksinasi tersebut.
Vaksin sesungguhnya tentang aksi dan reaksi. ketika memerintahkan rakyat di vaksin, maka Pemerintah dalam prosesnya harus transparan. Kalau dikatakan sudah dilakukan uji klinis fase 3 di beberapa negara dan sudah ada izin penggunaan darurat (emergency use authorization) maka harus ditunjukkan hasil datanya agar mampu menjawab kekhawatiran masyarakat.
Karena saat ini di masyarakat isunya menjadi liar aman atau tidaknya vaksin ini? Jangan sampai vaksin yang diberikan masih setengah jadi, ini akan membahayakan penduduk.
Apalagi ditengarai adanya ketidakberesan dalam proses Importasi Vaksin Covid 19 yang datang dari Tiongkok. Selain masih terganjal permasalahan uji klinis, vaksin yang diimpor tersebut juga belum mendapatkan ijin edar dari Badan POM dan kehalalan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Baca juga : CATATAN REDAKSI : Melintas Waktu Melayani Rakyat
Kita khawatir kebijakan “zig zag” dan “maju mundur” seperti ini akan semakin meningkatkan angka covid 19 di Indonesia. Mitigasi yang buruk dan penanganan yang buruk telah berlalu berbulan-bulan. Semoga dengan ganti menteri, ada banyak perubahan berarti.
Dalam melakukan penerapan terhadap vaksin covid 19. Maka sudah sepantasnya ikutilah “protokol obat”. Dari mulai indikasi, efikasi, efek samping serta efektivitasnya. Juga keamanan, importasi dari mulai pembelian sampai cara mendatangkan dan pemakaian dari vaksin tersebut.
Bahwa obat yang barangnya sedikit jika tidak tepat pemakaian, dosis serta ukurannya maka bukan menyembuhkan tapi berbahaya. Artinya mengenai faktor keamanan dari obat merupakan hal yang paling terpenting.
Baca juga : e-newsletter PKSPARLEMEN Edisi Desember 2020 Pekan Kedua
Biarlah mahal sedikit tapi rakyat terlindungi, jangan sampai berfikir murah tapi rakyat menjadi korban. Sebagaimana dipahami bahwa kontraindikasi dari obat akan muncul setelahnya. Jangan sampai obat yang didatangkan bisa memakan korban.
Karena selama delapan bulan lebih kita sudah banyak yang berkorban, harta dan nyawa. Maka penerapan vaksin harus dipastikan tidak memakan korban. Apalagi jika dikemudian hari ditemukan ada yang bermain sebagaimana penyalahgunaan bansos. sungguh terlalu.