
Peluncuran lambang PKS dengan warna dasar putih, motif jingga dan hitam menjadi salah satu penanda kepengurusan Presiden Ahmad Syaikhu yang Fresh dan simple. Lambang yang telah lama di inisiasi oleh Presiden Muhammad Sohibul Iman bersamaan dengan Hymne dan Mars PKS. Tongkat Estafet terjadi dengan paripurna. InsyaAllah bergerak lebih luwes, berkolaborasi lebih inklusif dan melayani lebih luas.
Secara faktual masih ada yang belum bisa move on dengan lambang yang lama, meski tak menolak dengan apa yang baru. Wajar saja mungkin sedang menarik memori yang melintasi waktu, karena ada banyak suka duka dilewati dengan si kotak hitam dan bulan sabit berwarna kuning emas. Jatuh bangun, tersungkur bangkit dan tegak dalam dakwah. Percayalah, tidak ada yang tertinggal. Bismillah kita sedang melangkah dengan penuh kegembiraan.
Alhamdulillah Musyawarah Nasional (Munas) V PKS berjalan lancar dan sukses. Kepengurusan baru telah disusun dan dilantik. Ditasbihkan dengan gelaran kolosal yang dihadiri kader, simpatisan dan para pemangkau kepentingan secara langsung maupun virtual. Tumpah ruah kegembiraan dan khidmat dalam acara tersebut.
Pengurus dengan tuntunan Ketua Majelis Syuro Habib Salim Segaf AlJufri mengucapkan Janji dihadapan ribuan pasang mata. Hitungan secara keseluruhan ada 31 persen keterwakilan perempuan dari Majelis Pertimbangan Pusat (MPP), Dewan Pengurus Pusat (DPP) dan Dewan Syariat Pusat (DSP). Lebih dari ambang batas afirmatif. Pun demikian bidang kepemudaan DPP PKS ‘genuine’ dipimpin oleh anak muda dengan pengalaman nasional dan internasional. Sah!
Wajah sejuk dan penuh harap kader seakan menitipkan asa serta doa bahwa PKS akan semakin besar dengan cara bermatabat dan terhormat. Tanpa harus menginjak, menyikut apalagi menjatuhkan. Mengawal jalannya pemerintahan dengan kritik yang subtantif dan konstruktif. Oposisi menjadi sikap yang sama sejak awal.
Bisa jadi saat itu setiap dada dan hati pengurus berdegub lebih kencang, karena telah berjanji kepada Allah SWT akan ‘berlari’ serius melayani rakyat. Tentu sebuah tugas serta tanggung jawab yang tidak mudah, sarat dengan tantangan. Pantang meminta jabatan dalam dakwah, apalagi harus bersikeras mempertahankannya. Bukan hanya tabu, tapi juga aib. Namun saat didapuk untuk memegang amanah maka tak boleh surut ke belakang. Pantang berkecil hati, bernyali ciut dan bermental rapuh. Karena bisa jadi hal itu adalah peluang meraih pahala terbaik dihadapan Allah SWT.
Tagline “Bersama Melayani Rakyat” tidak sekedar jargon, namun akan senantiasa dibuktikan menjadi sebuah brand working ideology dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menuju baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr.
Fraksi PKS DPR RI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam gerak besar ini dengan berkomitmen terus berjuang untuk kepentingan keumatan, kerakyatan dan kebangsaan.