
Jakarta (11/2)– Anggota Komisi IV DPR RI, Johan Rosihan n meminta pemerintah memahami secara esensi produk hortikulturaIn Indonesia. Menurutnya, produk hortikultura merupakan produk pertanian yang memiliki nilai strategis bagi petani, pelaku pasar dan konsumen.
“Produk holtikultura merupakan produk andalan yang mesti dikembangkan. Bagi produsen, produk hortikultura memiliki permintaan yang tinggi dengan variasi jeyang beragam baik produk segar maupun produk olahan. Sedangkan bagi konsumen, kebutuhan produk hortikultura semakin meningkat karena adanya kesadaran hidup sehat. pengetahuan gizi serta kecintaan terhadap produk lokal”, ujar Johan Rosihan saat RDP dengan Kementerian Pertanian, Senin (10/2)
Johan merekomendasikan kepada pemerintah agar produk hortikultura ke depan semakin gencar dikembangkan. Misalnya, komoditas cabai besar yang pada tahun 2019 lalu bisa diproduksi sebanyak 1.266.332 ton dengan luas panen 144.391 ha, maka pada tahun 2020 ini mesti dilakukan ekstensifikasi dengan luas panen minimal seluas 152.932 ha agar produktivitas lebih meningkat. “Hal ini penting dilakukan agar pemerintah dapat mengantisipasi dengan baik adanya keseimbangan jumlah pasokan dan permintaan”, ucapnya.
Selain itu, legislator asal Sumbawa ini mendukung rencana pemerintah meningkatkan produksi hortikultura dengan memetakan potensi utama yang menjadi andalan dalam suatu kawasan pertanian dan integrasi kegiatan pertanian dalam kawasan berdaya saing. “Misalnya, program registrasi kebun/lahan usaha sebanyak 1.917 kebun pada tahun 2019 dan adanya Sertifikasi GAP sebanyak 1.352 unit serta Sertifikasi GHP sebanyak 50 unit pada 2019 lalu” terang Johan.
Namun, pemerintah seharusnya lebih serius mengelola potensi besar produk hortikultura yang dimiliki suatu wilayah yang belum terkelola secara sistematis dan terpadu. Pemerintah juga harus memerhatikan persoalan tingginya kesenjangan distribusi keuntungan dalam rantai pasokan dimana petani selalu menjadi pihak yang paling dirugikan. .
Melalui Johan, Fraksi PKS mendorong pemerintah agar memberikan insentif di tingkat petani untuk mengembangkan produk hortikultura yang sesuai dengan segmentasi pasar. Ia mencontohkan pengembangan produk olahan hortikultura seperti Nenas Olahan yang diekspor ke 50 negara dengan potensi produksi 534.380 ton/tahun.
Ia mengatakan bahwa kebijakan pemerintah selama ini masih bertumpu pada aspek produksi, namun masih kurang dalam aspek kelembagaan dan pemasaran hortikultura. Perlu penguatan peran asosiasi dan kelompok tani agar mampu mandiri, serta perlu peranan pemerintah dalam penyediaan informasi harga pasar bagi petani untuk mengurangi resiko petani mengalami kejatuhan harga akibat permainan harga.
“Saya meminta pemerintah untuk membuat kepastian daya serap produk hortikultura karena tingkat fluktuatif harga yang sangat tinggi. Sebagai contoh: dalam dua tahun terakhir, masalah harga cabai yang over fluktuatif dan sangat bergejolak”, tutup dia.