
Jakarta (22/2) – Peneliti The SMERU Research Institute Asep Suharyadi menilai kemiskinan Indonesia sejak tahun 2012 hingga 2016 mengalami penurunan. Meskipun demikian ketimpangan ekonomi antara masyarakat kelas bawah dan masyarakat kelas atas, meningkat.
“Kenapa kemiskinan menurun, tapi ketimpangan meningkat? Karena kelompok 10 persen terkaya pertumbuhan pengeluaran hanya sekitar 12 persen per tahun. Tapi, tingkat kekayaannya lebih cepat dibandingkan yang miskin, bisa dengan investasi, dan sebagainya,” jelas Asep dalam FGD “Indonesia Darurat Ketimpangan Ekonomi” di Ruang Pleno Fraksi PKS DPR RI, Rabu (22/2)
Di sisi lain, dari sisi persebaran peningkatan ketimpangan di daerah, mayoritas Kabupaten dan Kota di Indonesia mengalami peningkatan ketimpangan. Hanya sedikit saja, tambah Asep, daerah yang mengalami penurunan ketimpangan.
Sebaran gambaran kemiskinan itu berbeda dengan ketimpangan. Papua sudah miskin juga timpang. Jakarta sejahtera tapi ketimpangannya sangat tinggi. Aceh kemiskinannya rendah, tapi ketimpangannya tinggi,” tambah Asep.
Jika tidak ditangani ketimpangan ekonomi ini dengan intervensi kebijakan yang tepat dan cepat, tegas Asep, maka semakin memperbesar potensi konflik sosial yang ada di masyarakat.
“Bank Dunia menyebutkan jika ketimpangan ekonomi meningkat, maka semakin besar konflik sosial. Indonesia sedang berada pada titik dimana ketimpangan ekonomi akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan ekonomi. Dan ini harus segera diantisipasi,” tegas Asep.
Oleh karena itu, Asep memberikan rekomendasi kepada pemerintah agar melakukan intervensi kebijakan yang tepat dan berbeda dibandingkan dengan cara mengatasi kemiskinan. Sebab, untuk kelompok miskin, kontribusi kemiskinan 75 hingga 80 persen bergantung dari pangan.
“Intervensi kebijakan bisa melalui pemberian Bantuan Sosial (bansos). Sejauh ini, belanja untuk anggaran sosial kita di APBN masih relatif kecil hanya sekitar 3 persen terhadap PDB. Sehingga, ketimpangan kita masih sangat tinggi,” jelas Asep.
Di sisi lain, papar Asep, pemerintah juga harus memerbaiki rendahnya tingkat produktivitas masyarakat Indonesia. Meskipun berat, namun faktanya peningkatan produktivitas berbanding lurus dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi.
“Jadi kalau ingin level menengah bawah ingin mengejar, jadi produktivitas harus meningkat. Meskipun juga tidak mudah karena rata-rata pendidikan mereka hanya maksimal di level SMA,” jelas Asep.
Selain Asep, hadir juga Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Ecky Awal Mucharam (keynote speech), Menteri Bappenas RI Bambang Brodjonegoro, Anggota Komisi XI DPR RI Junaidi Auly, dan Ekonom INDEF Fadhil Hassan.