Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Menakar Program Penanganan Stunting Calon Presiden

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

oleh Dr. Hj. Kurniasih Mufidayati, MSi
Wakil Ketua Komisi IX DPR-RI
Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga DPP PKS

Salah satu isu yang paling banyak diangkat dalam Debat Calon Presiden (Capres) lalu adalah isu stunting. Bahkan ketika debat tidak lagi membahas tema kesehatan, isu stunting tetap muncul. Apalagi ada pasangan Capres-Cawapres dengan program makan siang gratis bagi anak sekolah, yang disebutnya sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting.

Hal ini menujukkan masih banyak ketidakpahaman tentang upaya penanganan stunting meskipun isu ini menjadi salah satu isu yang paling sering muncul. Stunting mendapat perhatian besar karena jika tidak ditangani, akan berdampak serius pada penyiapan generasi emas pada tahun 2045 sejakan dengan bonus demografi pada saat ini.

Hasil survey Studi Status Gizi Indonesia (SGSI) yang dirilis 2021 menyebutkan ada empat permasalahan gizi balita di Indonesia diantaranya stunting, wasting, underweight, dan overweight. Diantara keempat permasalahan tersebut, stunting yang paling banyak mendapat perhatian. Pemerintah dalam RPJMN 2019-2024 sudah menetapkan target penurunan prevalensi stunting sehingga di tahun 2024 ditargetkan pravelensi stunting sudah mencapai 14%.

Indonesia termasuk negara dengan prevalensi sangat tinggi (≥30%) berdasarkan model estimasi tahun 2020. Sejauh ini Indonesia berhasil menurunkan angka stunting dari 27,7 persen di tahun 2019 menjadi 24,4 persen di 2021 dan 21,6 di tahun 2022. Namun masih perlu kerja keras untuk mencapai angka sesuai target 14% pada 2024

Pada tahun 2022, pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp44,8 triliun untuk mendukung Program Percepatan Pencegahan Stunting. Anggaran tersebut terdiri dari belanja yang tersebar di 17 Kementerian dan Lembaga sebesar Rp34,1 triliun dan Pemerintah Daerah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik sebesar Rp8,9 triliun serta DAK Nonfisik sebesar Rp1,8 triliun. Dana tersebut akan disalurkan melalui Kementerian/ Lembaga yang diarahkan untuk menurunkan stunting agar tercipta lingkungan bekerja, rumah tangga, dan kesehatan yang lebih baik.

Baca juga : Kualitas Hidup Ibu, Kunci Penurunan Stunting di Indonesia

Pencegahan Stunting
Masih banyak yang belum memahami bahwa upaya pencegahan dan mengatasi stunting tidak hanya soal makanan dan pemenuhan gizi pada anak balita. Stunting memiliki permasalahan yang kompleks sehingga upaya mengatasinya juga perlu komprehensif dan holistik. BKKBN telah menetapkan intervensi holistik untuk percepatan penurunan stunting. Intervensi holistik ini dikelompokan dalam dua bagian yaitu Intevensi spesifik dan Intevensi sensitif.

Intervensi spesifik ditujukan secara spesifik kepada kelompok 1000 hari pertama kehidupan (HPK), termasuk ibu hamil, bayi sampai anak usia dua tahun. Kelompok ini ditambah kelompok remaja putri dan calon pengantin. Kegiatan intervensi spesifik ini dilakukan oleh sektor kesehatan dan diharapkan memberikan kontribusi 30% dalam upaya penurunan stunting.

Bagian kedua adalah intervensi sensitif yang ditujukan melalui berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Kegiatan yang dilakukan juga bersifat kerjasama lintas sektoral. Dalam pendekatan intervensi sensitif ini, sasarannya adalah masyarakat secara umum dan tidak khusus untuk 1000 hari pertama kehidupan. Intervensi sensitif ini melaiputi perubahan prilaku dalam kehidypan sehari-hari, ketersediaan sanitasi rumah yang layak, jaminan kesehatan nasional, bantian pangan, kesiapan dalam nerumah tangga dan sebagainya. termasuk masih adanya keterbatasan terhadap akses pada air bersih.

Stunting juga bisa disebabkan oleh infeksi pada balita yang berulang kali, atau karena keturunan. Oleh karena itu, penyelesaian terhadap masalah stunting pun harus dilakukan dengan berbagai cara secara terintegrasi dan kolaboratif, oleh berbagai pihak atau instansi selaku pemangku kepentingan

Dari sisi anggaran, upaya penurunan prevalensi stunting merupakan program prioritas nasional sehingga perlu disediakan anggaran khusus melalui DAK yang diberikan dalam berbagai macam alokasi, yakni melalui bantuan operasional kesehatan stunting, bantuan operasional keluarga berencana, serta dana ketahanan pangan dan pertanian. Anggaran penurunan stunting dari APBN disalurkan melalui Pemerintah Provinsi-Kabupaten/Kota sesuai kewenangan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Alokasi anggaran tersebut diharapkan menjadi bagian dari orkestrasi dengan dana daerah sendiri untuk menurunkan stunting.

Baca juga : Refleksi Bidang Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Keluarga; Catatan Akhir Tahun 2023 dan Tantangan 2024

Program Penurunan Stunting dari Calon Presiden
Pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) dalam salah satu misinya memiliki agenda misi ke-5 yaitu Mewujudkan Manusia Indonesia yang Sehat, Cerdas, Produktif, Berakhlak, serta Berbudaya. Melalui agenda ini, pasangan AMIN meyakini bahwa negara harus menjamin hak setiap warga dalam berkarya dan mengembangkan potensi. Oleh karenanya pasangan AMIN bertekad menyetarakan (a) akses kesehatan jiwa raga yang dimulai dari upaya promotif-preventif, (b) akses pendidikan berkualitas yang berfokus pada kepentingan anak.

Dalam prosesnya, guru, dosen dan tenaga kependidikan, baik di sekolah umum maupun lembaga pendidikan keagamaan, serta para tenaga kesehatan harus mendapatkan kesejahteraan yang layak dan pengembangan profesi yang mumpuni. Pasangan AMIN juga berkomitmen memupuk rasa persatuan dan kesatuan serta mendorong kemajuan kebudayaan bangsa. Keseluruhan ini adalah ikhitar demi terwujudnya manusia Indonesia yang berakhlak dan berjiwa Pancasila.

Dalam upaya mengatasi stunting, pasangan AMIN memiliki program yang dibingkai dengan ungkapan “Dari Buaian sampai Lanuut Usia, Ibu Periwi Selalu Menjaga”. Secara implisit, program ini memberikan perhatian penuh dan komprehensif kepada seluruh penduduk untuk setiap jenjang usia. Dati mulai ibu hamil, usia bayi dan balita, usia pelajar dan mahasiswa, usia produktif bekerja dan usia lansia.

Program menjaga ibu hamil dilakukan dengan memberikan makanan sehat gratis di Posyandu bagi ibu hamil, memberikan cuti hamil dan melahirkan bagi ibu disertai cuti ayah hingga 40 hari dan tunjangan hingga 500 ribu rupiah per bulan bagi ibu yang nmenbjadi kepala keluarga miskin. Progran untuk balita yang diperkirakan berjumlah 22 juta orang meliputi pemberian makanan sehat gratis di Posyandu bagi balita, pendidian anak usia dini (PAUD) bermutu dengan biaya murah untuk semua balita dan penyediaan tempat bermain anak yang mudah diakses dan gratis.

Dari program ini terlihat pasangan AMIN memiliki program yang komprehensif dalam upaya mengatasi stunting yang tidak hanya mencakup 1000 Hari Pertama Kehidupan, namun juga pada kelompok lain. Pasangan AMIN ingin menurunkan prevalensi stunting dari 21.6% (2022) menuju 11,0%-12,5% (2029) melalui pendampingan ibu hamil hingga 1.000 hari pertama kehidupan anak, kolaborasi lintas sektor serta penguatan dukungan bagi kader desa/kelurahan untuk menjamin ketersediaan pangan seimbang, pencegahan infeksi dan perbaikan lingkungan.

Program ini diikuti dengan pemenuhan gizi seimbang dan terjangkau, terutama bagi ibu hamil dan anak usia 0-8 tahun, serta bantuan untuk kelompok rentan, menghadirkan tempat penitipan anak berbasis komunitas dan transformasi kelembagaan urusan keluarga, perempuan dan anak, untuk menjawab kebutuhan prioritas kesehatan ibu dan anak

Melengkapi program makanan bergizi, Pasangan AMIN juga mengangkat agenda Pola Hidup dan Lingkungan Sehat. Agenda ini diwujudkan dengan mengaktifkan gerakan masyarakat hidup sehat, menyediakan fasilitas dan sarana-prasarana publik yang mendukung aktivitas fisik masyarakat, termasuk taman, trotoar, jalur sepeda, dan sarana prasarana olahraga dan menata produk dengan kadar gula, garam dan lemak berlebih untuk menekan angka obesitas dan penyakit degeneratif. Hal ini dilakukan di antaranya melalui kewajiban pelabelan yang jelas terkait kandungan gula, garam dan lemak, serta risikonya.

Pasangan AMIN memahami betul bahwa upaya mengatasi stunting tidak sekedar dengan memberikan makanan dan pemenuhan gizi bagi anak dan balita, namun juga mencakup hal lain seperti pola hidup sehat, perhatian terhadap ibu hamil, dukungan psikis terhadap ibu melahirkan, perbaikan lingkungan, pencegahan infeksi pada anak dan lainnya.

Hal ini sejalan dengan intervensi yang holistik dalam penanganan stunting. Bahkan penanganan stunting oleh pasangan AMIN juga sampai menyentuh aspek kesejahteraan keluarga sebagai wujud negara hadir dari buaian sampai lanjut usia. Kesejahteraan keluarga diwujudkan dengan memastikan tersedianya lapangan kerja agar seorang ayah, ibu maupun seorang anak untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, memastikan biaya hidup yang terjangkau sebagai upaya dukungan negara dalam memastikan kesejahteraan setiap keluarga dan memberikan bantuan perlindungan lebih bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga berusia lanjut dan/atau anggota keluarga yang berkebutuhan khusus.

Baca juga : Berharap Kesiapan Sistem dan Perbaikan Kebijakan: Refleksi Tahun 2022 Bidang Kesehatan dan Ketenagakerjaan

Pasangan Ganjar-Mahfud mengusung program ‘Satu Desa Satu Faskes’ dengan menyiapkan kebutuhan berupa fasilitas kesehatan (faskes) di setiap desa. Program penyediaan fasilitas kesehatan di setiap desa ini diharapkan bisa mengurangi angka stunting melalui pemantauan 1.000 hari pertama kehidupan dengan memastikan kesehatan sang ibu lebih dulu sebelum masa kehamilan. Calon ibu akan diedukasi sebelum kehamilan dan dijaga kondisinya selama kehamilan agar kondisinya benar-benar sehat. Selain itu, Ganjar-Mahfud mengusung tema gerakan Gama Cerdas (Gerakan Anak masa depan Cerah Bebas Dari Stunting) dengan kegiatan berupa edukasi pangan sehat kepada masyarakat, diskusi dengan kader Posyandu, dan memberikan buku panduan stimulasi anak. Diantara kegiatannya adalah penyuluhan pangan sehat kepada masyarakat.

Pasangan Prabowo-Gibran mengangkat program Kartu Anak Sehat untuk penurunan stunting. Kartu Anak Sehat ini melengkapi Kartu Indonesia Sehat yang sudah berjalan. Sejauh ini tidak cukup jelas bagaimana pemanfaatan Kartu Anak Sehat ini dan pada bagian mana kartu ini melengkapi Kartu Indonesia Sehat. Untuk mengatasi stunting, pasangan Prabowo-Gibran uuga mengusung program makan siang dan minum susu gratis, serta bantuan gizi untuk ibu hamil dan halita. Bahkan program ini menjadi yang paling sering disebutkan dalam kampanye, debat maupun alat peraga kampanye dari pasangan ini. Selain program makan siang dan susu gratis bagi anak sekolah, tidak terlihat program lain yang diangkat untuk mentatasi stunting.

Dari ketiga pasangan Capres-Cawapres ini, terlihat bahwa progeram penanganan stunting paling komprehensif ada pada pasangan Anies-Muhaiman. Tidak hanya program yang bersifat pemenuhan nutrisi dan gizi, namun juga lengkap pada semua fase kehidupan sampai dengan 1000 HPK dengan program yang spesifik. Programnya juga mencakup intervensi sensitif yang berkontribusi 70% dalam penanganan stunting.

Sementara program penanganan stunting dari pasangan Prabowo-Gibran menjadi yang kurang spesifik dan kurang mengena pada permasalahan stunting. Pemahaman yang baik tentang stunting memang pada akhirnya menentukan kesesuaian program yang akan diangkat untuk mengatasi stunting. Semoga terpilih Presiden yang betul-betul bisa menjalankan program mengatasi stunting dengan efektif agar Indonesia bisa mencapai prevalensi stunting mendekati 10% di akhir 2029.