Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Kalung Syal Palestina, Simbol Solidaritas dari Senayan

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Pagi itu, suasana di Senayan, Jakarta, tidak seperti biasanya. Ruangan paripurna DPR RI dipenuhi oleh para anggota dewan yang hadir untuk pembukaan Rapat Paripurna DPR RI ke-8 masa persidangan II Tahun Sidang 2023-2024. Namun, ada yang berbeda.

Di ujung eskalator lantai 3, Ketua GKSB Syahrul Aidi Maazat dengan hangat menyambut setiap anggota dewan yang datang, dan setiap anggota dewan diberikan kalungan syal Palestina.

Kalungkan Syal Palestina

Sejak awal, fraksi PKS menginstruksikan agar seluruh anggota yang hadir menggunakan syal Palestina sebagai bentuk solidaritas terhadap peristiwa di negeri Nabi tersebut. Ternyata, dukungan datang dari fraksi-fraksi lain.

“Palestina, Merdeka!” pekik beberapa anggota dewan lintas fraksi. Menggema memenuhi ruang Paripurna di Gedung Nusantara 3 yang besar. Suara Lantang dan Kompak mengirim pesan dari jantung Indonesia menuju Palestina. It’s Time For Palestine To Be Free!!

 

Rasa kemanusiaan terusik, dan air mata tak bisa tertahankan saat menyaksikan rumah-rumah hancur dan tubuh-tubuh yang tak berdaya bergelimpangan.

Suasana terasa hening dan penuh duka. Semua jiwa yang suci tergetar dengan kekejaman yang terjadi di Palestina. Paripurna hari itu tentang Palestina yang terluka dan merana di ujung sana. Pedih dan Pilu.

“Kami Grup Kerja Sama Bilateral Indonesia-Palestina mengucapkan terimakasih pada pimpinan dan seluruh anggota DPR-RI yang telah menggunakan syal Palestina pada sidang paripurna kali ini sebagai bentuk dukungan dan solidaritas kita kepada rakyat dan bangsa Palestina,” terdengar interupsi yang dilakukan oleh Syahrul Aidi Maazat.

Putra asli kampar yang merasa tertampar dengan banyak anak, wanita dan lansia di Gaza Palestina yang terkapar oleh Zionis Israel yang lapar.

Sejak 7 Oktober 2023, perang Israel-Palestina telah merenggut 7.028 jiwa syuhada dan melukai 18.484 orang. Dari korban perang, 66% adalah anak-anak dan perempuan. Ada 2.913 anak-anak dan 1.709 perempuan di antaranya.

Israel telah menghancurkan 731 keluarga dan masih ada ratusan di bawah reruntuhan. Palestina kehilangan nyawa, fasilitas kesehatan, dan tempat tinggal.

Israel membombardir menara, kantor pemerintahan, masjid, gereja, dan pasar. Mereka terus melakukan serangan karena mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Suara dunia terdengar pekak dan mata buta terhadap penderitaan rakyat Palestina.

Indonesia memiliki hutang sejarah kepada Palestina. Saat Indonesia merdeka, Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Penjajahan di dunia harus dihapuskan, dan selama Palestina belum merdeka, tujuan bangsa Indonesia takkan pernah tercapai.

Perjuangan rakyat Palestina bukanlah terorisme, melainkan perlawanan untuk mempertahankan tanah air yang dirampas oleh Israel.

Mereka sama seperti rakyat Indonesia yang berjuang mempertahankan kemerdekaan. Palestina adalah satu-satunya negara yang belum merdeka sejak Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955, yang memperjuangkan kemerdekaan negara-negara di Asia Afrika.

Semoga, dari Senayan hingga Palestina, suara solidaritas ini akan menjadi pemicu perubahan dan membantu memulihkan keadilan dan perdamaian di tanah suci yang sangat dicintai, Palestina.