Logo Fraksi PKS

Website Resmi
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera

Fraksi PKS Kreatif, Atraktif, Substantif

Catatan Redaksi : Harus Extra Ordinary

 

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Mengawali pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat pada tanggal 3 Juli yang lalu dengan napas ‘tersengal’. Bukan karena jumlah korban jiwa yang semakin banyak dan rumah sakit yang penuh, namun juga inkonsistensi dalam penerapannya. Warga Negara Asing masih hilir mudik tanpa dihentikan, lagi-lagi alasannya proyek ambisius negara.

Padahal alasan PPKM darurat diterapkan utamanya karena ada persoalan dengan varian baru covid 19 yang lebih ganas akibat aktivitas mobilitas orang. Lonjakan pasien Covid saat ini diduga bukan sekedar adanya pergerakan kala idul fitri, namun juga ‘menggap remeh’ kedatangan virus delta dari tempat asalnya.

Setahun lebih berlalu saat ini tercatat 584 Ulama di Indonesia meninggal dunia selama pandemi covid 19. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melaporkan sebanyak 401 dokter meninggal dunia karena Covid-19. Fasilitas kesehatan (faskes) yang penuh akibat naiknya kasus Covid-19 membuat tenaga kesehatan (nakes) semakin berisiko terpapar virus corona. Angka orang terpapar per tanggal 7 juli 2021 mencapai 2,35 juta, meninggal dunia 61.868 orang. satu hari penambahan harian 728 orang. Angka-angka yang melesat. Entah bagaimana Pemerintah memandang angka-angka ini, hanya sebagai data atau penegur kekuasaan untuk lebih bertanggungjawab.

Kita sedang melewati situasi yang sangat tidak biasa, berat dan pekat. Dalam kesadaran melaluinya penuh penderitaan, hingga khawatir akan terjerumus pada putus asa dan hilang rasa. satu tahun lebih berlalu pandemi menyerang negara ini, namun darinya kita seakan masuk kedalam lorong gelap yang tidak bertepi. Karena keputusan-keputusan dihasilkan kehilangan orientasi. Baru diputuskan, tak perlu lama dirubah. Tanda kebijakan tidak memiliki padanan yang memadai.

Hari-hari ini jerit derita meraung lebih kencang, berbarengan dengan sirine ambulance yang tidak pernah padam. rumitnya seluruh riuh itu tidak memiliki arti yang luar biasa bagi pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan. Tetap berpegang teguh bahwa memperkuat pundi ekonomi jauh lebih penting daripada mengerahkan segenap daya dan upaya untuk perbaikan bidang kesehatan.

Penanganan kesehatan lebih banyak terjebak pada prosesi serta atraksi dibanding aksi, hingga akhirnya banyak yang dikremasi karena lamban dalam antisipasi. Vaksinasi berjalan dengan lambat dan cenderung birokratis, maksud hati dijadikan game changer malah jadi game over.

Pada level implementasi Aparat keamanan dan satgas sibuk mengejar masyarakat, namun lalai menghentikan kedatangan WNA. Berulangkali, berkali-kali dan diproteksi. ironis sekali memang.

Kondisi saat ini butuh jalan keluar yang kaya dengan terobosan. Situasi saat ini tidak bisa diselesaikan dengan sekedar memberi pidato dan kemudian mendelegasikan. Kepemimpinan harus memimpin di depan, dari jarak dekat dan perhatian penuh. extra ordinary approach.

Presiden harus menjadi panglima dari semua tindakan dan pengerahan sumber daya. Tak boleh ada panglima yang lain, agar tidak ada dualisme keputusan dan tafsir yang beragam. Segera ambil keputusan strategis dan berikan proteksi maksimal kepada warna negara. orang lain bisa, kenapa kita enggan?