
Jakarta (14/08) — Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) Slamet mengkritisi pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR, Jumat (14/08).
Dalam pidato tersebut, Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan pada kuartal kedua tahun 2020 ini.
Jokowi menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami plus 2,97 persen pada kuartal pertama tahun 2020. Kemudian angka tersebut turun drastis menjadi minus 5,32 persen pada kuartal kedua tahun 2020.
“Indonesia hari ini butuh kerja dan aksi nyata bagaimana pemulihan ekonomi bisa secara langsung dirasakan oleh masyarakat,” kata Slamet kepada awak media.
Masih dalam pidato yang sama, Jokowi mengungkapkan ekonomi negara-negara maju mengalami minus hingga belasan persen.
Jokowi menuturkan, kemunduran banyak negara-negara besar tersebut bisa menjadi peluang dan momentum bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan.
“Presiden jangan cuma bisa berpidato tapi faktanya berbeda. Misalnya berulangkali menyebut dalam rangka ketahan pangan kita harus menjamin kelancaran pasokan pangan dari hulu ke hilir,” tegas Slamet.
Selain itu, sambung Slamet, presiden juga mengutarakan kita harus bangga dengan produk Indonesia dan beli produk dalam negri,tapi kenyataannya pemerintah dalam RUU Cipta Kerja yang diberikan ke DPR malah menghapuskan kalimat “memprioritaskan produksi dalam negeri” dengan tujuan membebaskan impor produk pangan dari luar negeri.
Slamet menjelaskan, Presiden juga mengatakan perlunya penguatan hukum dengan tidak membiarkan orang melakukan sesuatu yang merugikan bangsa, tapi dalam RUU omnibuslaw cipta kerja aturan sanksi buat importir pangan yang mengimpor padahal produksi dalam negeri cukup dihilangkan.
“Presiden mengatakan ‘kita harus saling mengingatkan. Jangan ada yg merasa benar sendiri’tapi mahasiswa dan masyarakat melakukan demo dihambat dan disalahkan. Bahkan mahasiswa menggelar mimbar akademik dipermasalahkan,” tambahnya.
“Secara retorika, semangat itu bagus. Tapi Pak Presiden juga harus bisa menerjemahkan semangatnya tersebut dalam aksi-aksi nyata bagaimana masyarakat bisa bangkit menghadapi Pandemi Covid-19 ini,” tegas Slamet.
“Misalnya dalam sektor pertanian, nyatanya masih banyak petani kita yang mengalami kerugian ketika pasca-panen harga jual produk mereka anjlok. Inilah momentum negara harus hadir bagaimana memberikan kepastian ekonomi di tengah situasi krisis seperti sekarang,” pungkas Slamet.